Saturday, December 17, 2016

Bapak Tua

Di satu siang yang panas, seorang direktur perusahaan besar mengendarai mobilnya untuk kembali ke kantor. Ia baru saja makan siang dengan orang-orang penting dan sekarang ia berkendara sambil berpikir tentang rencana kerjasama dengan orang-orang penting yang ditemuinya tadi.

Ketika berhenti di satu lampu merah, tanpa sengaja ia menoleh ke kiri jalan. Di sana ia melihat seorang bapak tua yang cacat. Ia sepertinya tak bisa berjalan dan pakaiannya pun lusuh. Namun, yang menarik perhatiannya adalah wajah bapak tersebut. Wajah bapak itu begitu damai dan bahagia. Ia tersenyum sambil melihat-lihat keadaan sekelilingnya.

Tiba-tiba saja direktur ini menjadi tidak fokus lagi berpikir tentang pekerjaan. Sepanjang perjalanan pulang ke kantor ia bertanya-tanya dalam hati, “Apa yang dipikirkan pria tua tadi? Mengapa ia begitu bahagia?”

Beberapa hari berlalu dan direktur ini sudah lupa akan bapak tua tadi. Namun suatu hari, ia lewat di perempatan yang sama dan melihat lagi bapak itu. Bajunya masih tetap lusuh. Dan raut wajahnya juga masih tetap bersinar. Direktur ini makin penasaran, “Mengapa ia bisa begitu bahagia?”

Hal ini mengganggu pikiran sang direktur selama berhari-hari. Akhirnya, ia memutuskan untuk bertemu langsung dengan pria tua itu. Ia harus tahu alasan mengapa ia bisa begitu bahagia padahal keadaannya seperti itu.

Direktur ini akhirnya memilih satu hari dan pergi ke perempatan itu. Ia turun dari mobilnya dan menyapa bapak tua tersebut. Bapak tua itu membalas sapaannya sambil tersenyum. Direktur tersebut lalu bertanya, “Bapak, saya sering melihat bapak ketika lewat di perempatan ini. Saya melihat bapak selalu tersenyum. Apa yang membuat bapak begitu bahagia?”

Bapak tua ini menjawab, “Tentu saja, tuan. Saya selalu bahagia setiap hari.” Direktur ini melanjutkan, “Apa yang membuat bapak begitu bahagia? Apa bapak punya uang yang banyak?” Bapak tua menyahut, “Wah, tentu tidak. Saya hanya punya uang sedikit. Terkadang saya makan dari pemberian orang.”

“Lalu apa yang membuat bapak bahagia? Bapak punya keluarga yang saling menyayangi?” lanjut sang direktur. “Tidak, saya tak punya keluarga. Dulu saya punya, namun mereka meninggalkan saya setelah kaki saya cacat seperti ini,” jawab sang pria tua.

Direktur ini kemudian terdiam sejenak. Ia melanjutkan lagi dengan penasaran, “Saya lihat, ada begitu banyak kemalangan dalam hidup bapak. Namun bapak justru bahagia setiap hari. Mengapa?” Direktur ini sangat penasaran dengan jawaban sang bapak tua ini. Sebenarnya, ia sendiri merasa sudah memiliki segalanya namun tak bahagia. Karena itulah ia ingin tahu bagaimana rahasianya bapak tua ini bisa selalu bahagia meski kekurangan.

Sambil tersenyum lebar, sang bapak tua berkata, “Tuan, jika tuan beragama, tentu tuan yakin bahwa Tuhan tidak pernah memberikan ujian yang lebih berat dari yang bisa kita tanggung. Saya selalu yakin bahwa beban hidup dan kesulitan yang ada saat ini adalah ujian yang diberikan untuk mengubah saja menjadi lebih baik. Jadi, mengapa harus bersedih? Semua ini adalah anugerah Tuhan juga!”

Direktur ini sangat kaget. Ia kemudian berkata, “Bagaimana bapak bisa berpikir seperti itu? Bagaimana jika ini semua adalah ujian? Bagaimana jika ini bukan dari Tuhan?” Bapak tua ini berkata lagi, “Tentu Tuhan sendiri yang mengizinkan ini semua terjadi pada saya. Segala hal yang terjadi pada saya saat ini tentu merupakan yang terbaik bagi saya. Saya yakin, Tuhan punya rencana terbaik untuk saya. Jadi, saya menjalani rencana Tuhan ini dengan hati gembira.”

“Bagaimana bisa bapak menjalani hari-hari yang berat dengan pikiran positif seperti ini?” tanya direktur itu dengan tak percaya. Bapak ini pun menjawab lagi, “Ketika saya merasa sedih, saya akan mencoba memahami apa yang ingin dikatakan Tuhan. Saya berusaha melihat sisi positif dari sebuah kejadian. Dari situ, saya selalu bisa menemukan hikmahnya. Segala hal yang terjadi di dunia ternyata memang baik adanya untuk perkembangan kita semua.”

Setelah mendengar itu semua, direktur ini pun merasa tersadarkan. Ia pun kemudian berpamitan dan berterima kasih pada bapak tua itu. Sekarang, ia pulang dengan wajah berhias senyum.

______________________________________

Bukan memperoleh segala hal yang ada di dunia ini baru kita bisa berbahagia dan bersyukur.

Tapi senantiasa bersyukur dalam segala keadaan itulah yang akan membuat hidup kita bahagia dan tentu saja kita akan mendapatkan apa yang di-ingin-kan oleh hati kita.

Tidak perlu menunggu masalah membaik baru kita bisa bersyukur, karena justru dengan banyak bersyukur itulah yang akan membuat masalah anda membaik.

Di balik mendung yang paling pekat, di sana telah tersedia tetesan air hujan yang paling bening, yang siap jatuh membasahi permukaan bumi.

Saturday, October 8, 2016

Kisah yg luar biasa..

Ada seorang pria, tidak lolos ujian masuk universitas, orang tuanya pun menikahkan dia dengan seorang wanita. Setelah menikah, dia mengajar di sekolah dasar. Karena tidak punya pengalaman, belum satu minggu dia pun dikeluarkan.

Saat pulang ke rumah, sang istri mengusap air matanya, menghiburnya dengan kata-kata manis: “Banyak ilmu di dalam otak, ada orang yang bisa menuangkannya, ada orang yang tidak bisa menuangkannya. Tidak perlu bersedih karena hal ini. mungkin ada pekerjaan yang lebih cocok sedang menantimu.”

Setelah semangatnya bangkit lagi. Dia memutuskan untuk bekerja lagi. Namun sayang dia kembali dipecat setelah beberapa minggu saja bekerja karena gerakannya yang lambat. Saat itu sang istri berkata padanya, “Kegesitan tangan dan kaki setiap orang berbeda, orang lain sudah bekerja beberapa tahun lamanya, dan kamu hanya belajar di sekolah, bagaimana bisa cepat?”

Kemudian ia bekerja lagi di banyak pekerjaan lain. Namun tidak ada satu pun yang dia dapat. Semuanya gagal. Namun, setiap kali dia pulang dengan patah semangat, sang istri selalu menghiburnya. Tak sekalipun dia mengeluh.

Ketika sudah berumur 30 tahun-an, dia mulai dapat berkat sedikit melalui bakat berbahasanya, menjadi pembimbing di sekolah luar biasa tuna rungu wicara. Kemudian, dia membuka sekolah siswa cacat, dan akhirnya dia bisa membuka banyak cabang toko yang menjual alat-alat bantu orang cacat di berbagai kota.

Setelah beberapa waktu lamanya, sang pria sudah menjadi bos yang memiliki harta kekayaan berlimpah.

Suatu hari, dia yang sekarang sudah sukses besar, bertanya kepada sang istri. Mengapa sang istri masih tetap percaya kepadanya ketika hidupnya terasa suram? Ternyata jawaban sang istri sangat polos dan sederhana. Sang istri menjawab: “Sebidang tanah, tidak cocok untuk menanam gandum, bisa dicoba menanam kacang, jika kacang pun tidak bisa tumbuh dengan baik, bisa ditanam buah-buahan; jika buah-buahan pun tidak bisa tumbuh, semaikan bibit gandum hitam pasti bisa berbunga. Karena sebidang tanah, pasti ada bibit yang cocok untuknya, dan pasti bisa menghasilkan panen darinya”.

Mendengar penjelasan sang istri, dia pun terharu mengeluarkan air mata. Keyakinan kuat, ketabahan serta kasih sayang sang istri, bagaikan sebutir bibit yang unggul.

Semua prestasi yang dia dapatkan bagaikan adalah keajaiban berkat bibit unggul yang kukuh, sehingga tumbuh dan berkembang menjadi kenyataan. Di dunia ini tidak ada seorang pun yang terlahir sebagai sampah. Kita hanya kadang tidak ditempatkan di tempat yang tepat.

(Inspirasi Pengharapan)

Tuesday, August 2, 2016

Istriku .. malaikat atau nenek sihir

Seorang teman merasa istrinya semakin lama semakin egois dan kasar. Karena itu, mereka bertengkar setiap hari. Saking seringnya bertengkar, lelaki ini memiliki selingkuhan. Akhirnya, mereka bercerai dan sang suami menikah lagi dengan selingkuhannya. Sang mantan istri pun tak lama kemudian menikah lagi. Mereka masih belum dikaruniai anak.

Pernikahan baru keduanya masing masing berjalan dengan sangat lancar. Tetapi setelah menikah, istri baru dari lelaki ini semakin lama pun kelembutannya semakin pudar. Rumah tangga mereka berakhir sama seperti yang dulu, sedikit-sedikit bertengkar. Istri barunya bahkan tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah, sehingga teman saya terpaksa membersihkan rumah sendiri.

Teman saya merasa nasib dia tidak baik, mengapa ia selalu memilih istri yang kurang baik. Setiap hari ia mengeluh. Sampai suatu hari, di suatu acara makan malam ia secara kebetulan bertemu dengan suami baru mantan istrinya.

Pada awalnya kedua lelaki ini tidak berbicara apa-apa, tetapi setelah saling menyapa mereka pun minum bersama. Akhirnya teman saya tak bisa menahan diri lagi dan bertanya bagaimana keadaan rumah tangga mereka. Suami baru mantan istrinya ini tidak tampan, tetapi sangat teliti dalam berbicara.

Ia berkata, “Istri saya adalah wanita yg sangat hebat, sangat perhatian dan lembut. Ia mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tanpa mengeluh. Juga sangat menyayangi saya. Ia selalu bersikap baik kepada orangtua, saudara, dan teman-teman saya. Saatnya jujur dia akan jujur, saatnya butuh perhatian, dia akan memberi perhatian penuh. Wanita seperti ini, sudah jarang sekali.”

Teman saya setelah mendengarnya merasa bingung, dan berpikir apa dia memang sebaik itu ? Mengapa dulu dia sama sekali tidak menyadarinya? Pasti ini semua cuma bualan suami baru istrinya ini untuk membuatnya bingung.

Tak lama kemudian, kebetulan sekali, teman saya pergi berbelanja ke supermarket dan melihat mantan istri dan suami barunya sedang berbelanja.

Ia bersembunyi di samping dan memperhatikan keduanya. Akhirnya ia menyadari pasangan itu benar-benar bahagia. Kebahagian itu bisa ia lihat dari senyuman mantan istrinya yang selalu bermekaran. Juga bisa dilihat dari pelukan lembut yg diberikan oleh lelaki di sampingnya itu.

_________________________________________

Sebenarnya, di berbagai situasi, istri berubah menjadi malaikat atau berubah menjadi nenek sihir, semua tergantung pada lelaki.

Di saat wanita memutuskan untuk menikah, ia juga memutuskan untuk menjalani hidup dengan baik bersama suaminya. Dalam pernikahan kesabaran merupakan suatu kebajikan. Jika ada cinta maka ada toleransi.Saat anda merasa tidak puas dengan wanita Anda, wanita pun tidak peduli lagi.

Jadi, jika Anda menginginkan wanita baik seperti malaikat. Terlebih dahulu perlakukan dia sebagai malaikat. Karena semua wanita di dunia yang sudah menjadi “istri seseorang” memiliki potensi menjadi malaikat.

Saat Anda bisa melakukannya dengan baik, Anda akan menyadari bahwa perubahan sikap Anda dapat membentuk sesosok malaikat yang sempurna.

Cinta wanita muncul karena kasih sayang pria, Kebencian wanita muncul karena kebohongan pria. Keluhan wanita muncul karena kedinginan pria. Kebahagiaan wanita muncul karena kehangatan pria. Kecantikan wanita muncul karena dimanjakan pria. Kerusakan wanita adalah hutang pria.

Wanita adalah sebuah piano, jika bertemu dengan seorang pianis handal, suara yag dihasilkan adalah lagu kelas dunia. Jika dimainkan oleh orang biasa, maka akan menghasilkan lagu pop, tetapi apabila dimainkan oleh orang sembarangan, pasti tidak akan membentuk sebuah lagu.

........ thanks....

Wednesday, July 20, 2016

Siapakah Tuhan itu??

Siapa kah Tuhan itu...

Suatu kali seorang guru melontarkan sebuah pertanyaan kepada murid-muridnya: Siapa itu Tuhan?

Seorang murid bernama Steven yang ayahnya adalah hakim menjawab: Tuhan itu adalah HAKIM yang mengadili orang jahat.

Albert yang ayahnya adalah dokter menjawab: Tuhan adalah DOKTER yang bisa menyembuhkan segala penyakit.

Michael yang ayahnya seorang jutawan menjawab: Tuhan adalah YANG MEMBERIKAN SEGALANYA.

Semua anak yang ditanyai memberikan jawaban sesuai dengan pekerjaan ayah mereka sendiri.

Tiba saat giliran Bejo yang akan ditanyai, guru tahu bahwa Bejo tidak semapan teman-temannya yang hidupnya berkecukupan. Bejo pun mulai menundukkan kepala, tidak berani menatap sang guru.

Sang guru kemudian mengulang pertanyaan tersebut, “Bejo, siapakah Tuhan itu?”

Dengan suara lemah Bejo menjawab bahwa Tuhan adalah seorang PEMULUNG. Tiba-tiba kelas menjadi ricuh dan ribut karena jawaban Bejo. “Bagaimana bisa Tuhan itu seperti PEMULUNG?” teriak mereka.

Sang guru pun kembali bertanya, “Kenapa Bejo bilang kalau Tuhan itu pemulung?” Lalu Bejo menjawab dengan menengadahkan mukanya. Dia menjawab bahwa seorang pemulung mengambil barang-barang yang tidak berguna dan mengumpulkannya, membersihkannya, sehingga menjadi berguna.

“Bapak saya juga memungut saya dari jalanan dan membawa saya pulang ke rumahnya. Saya diasuh, disekolahkan, didik, sehingga menjadi berguna. Jika Bapak saya tidak mengambil saya, entah jadi apa saya sekarang ini dijalanan. Demikianlah Tuhan menjadi seperti seorang PEMULUNG yang mengambil yang tidak berguna menjadi berguna.”

Setelah mendengar penjelasan Bejo, semua kelas yang sempat riuh dan ribut itu seketika hening. Mulai terdengar isakan di semua kursi dan mereka mulai sesenggukan.

____________________________________________

Nah teman, siapakah Tuhan menurut anda ?

Sunday, July 3, 2016

Pemenang kehidupan

Suatu hari, dua orang sahabat menghampiri sebuah lapak untuk membeli buku dan majalah. Penjualnya ternyata melayani dengan buruk. Mukanya pun cemberut. Orang pertama jelas jengkel menerima layanan seperti itu. Yang mengherankan, orang kedua tetap enjoy, bahkan bersikap sopan kepada penjual itu. Lantas orang pertama itu bertanya kepada sahabatnya, “Hei. Kenapa kamu bersikap sopan kepada penjual yang menyebalkan itu?”

Sahabatnya menjawab, “Lho, kenapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak? Kitalah sang penentu atas kehidupan kita, bukan orang lain.”

“Tapi dia melayani kita dengan buruk sekali,” bantah orang pertama. Ia masih merasa jengkel.

“Ya, itu masalah dia. Dia mau bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk, dan lainnya, toh itu enggak ada kaitannya dengan kita. Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan dia mengatur dan mempengaruhi hidup kita. Padahal kitalah yang bertanggung jawab atas diri sendiri.”

Sahabat, Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. Kalau mereka melakukan hal yang buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang lebih buruk lagi. Kalau mereka tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lagi. Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba-tiba jadi sedemikian pelit kalau harus berurusan dengan orang itu.

Coba renungkan. Mengapa tindakan kita harus dipengaruhi oleh orang lain? Mengapa untuk berbuat baik saja, kita harus menunggu diperlakukan dengan baik oleh orang lain dulu? Jaga suasana hati. Jangan biarkan sikap buruk orang lain kepada kita menentukan cara kita bertindak! Pilih untuk tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik.

“Pemenang kehidupan” adalah orang yang tetap sejuk di tempat yang panas, yang tetap manis di tempat yang sangat pahit, yang tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar, serta tetap tenang di tengah badai yang paling hebat.


Monday, June 27, 2016

Kisah pahlawan tanpa gelar


PAHLAWAN TANPA GELAR PAHLAWAN

Dingin. Hanya itu yang ku rasakan ketika menginjakkan kaki di tempat yang jarang sekali ku datangi ini. Sepi. Sunyi. Entah masih adakah kenangan indah yang tertinggal di tempat ini.

Semakin ku langkahkan kakiku di pekarangan rumah ini yang kini penuh dengan rumput-rumput liar tumbuh, semakin liar kenangan tentang dirinya menari-nari di otakku. Senyum mengembang di bibirku ketika sampai diriku pada kenangan akan suatu hari di mana senyum yang terukir di bibirnya terlihat begitu cerah. Hari yang begitu membuatku bahagia sekaligus hari yang membuatku menyesal selama lebih dari setengah umurku. Dan jika Tuhan memberikanku sebuah kesempatan untuk memperbaiki satu kesalahan di hidupku, permintaanku adalah memperbaiki permintaanku hari itu.

“Ayah, aku mau permen cokelat yang ada mainannya,” rengekku pada Ayah yang sedang memangkuku di sebuah angkutan kota. Kami hendak kembali ke rumah setelah membeli seekor kura-kura yang sudah sebulan lalu Ayah janjikan namun baru hari ini, tepatnya di hari ulang tahunku, baru dapat beliau belikan.
“Nanti, ya, sayang, Ayah belikan, uang Ayah sudah habis untuk beli kura-kura,” jawabnya lembut sambil mengusap pelan rambutku lalu mengecup puncak kepalaku.
“Tapi aku mau sekarang Ayah, hari ini kan masih ulang tahun Aila, jadi boleh dong Aila minta apa aja?” kembali aku merengek pada Ayah yang di matanya dapat ku lihat jelas ada semburat kelelahan di sana.

“Iya, Aila, tapi ini kan sudah Ayah belikan kura-kura yang kamu mau,” jawabnya pun masih penuh dengan kelembutan.
“Tapi Aila maunya permen cokelat sekarang! Aila gak mau kura-kura!” pekikku membuat beberapa orang di dalam angkutan umum itu menoleh ke arahku dan Ayahku.
“Aila! Ayah bilang nanti ya nanti!” balas Ayahku agak keras. Meledaklah tangisku. Dan Ayahku, hanya menatapku sebelum menghela napasnya panjang. Terasa berat sekali napas yang baru saja dihela olehnya, hal itu terlihat dari wajahnya yang langsung lesu setelahnya.

Tangisku masih terus berlanjut jika ku ingat kembali keinginanku akan permen cokelat yang belum dipenuhi Ayah hari itu, ditambah dengan amarah Ayah sewaktu di angkutan tadi.
“Ibu, Aila mau permen cokelat yang ada di minimarket ituuuuuu.” Ganti aku merengek pada Ibuku yang sedang memotong sayuran di dapur.
“Iya nanti Ibu belikan kalau Ayah sudah kasih uang ke Ibu, ya,” jawab Ibu seraya tersenyum padaku. Dadaku mulai sesak kembali, tanda bahwa air mataku akan ke luar sebentar lagi. Dan benar saja, tak sampai sepuluh detik, bulir bening itu sudah tumpah ruah membasahi pipiku yang memerah.

“Ayah dan Ibu gak sayang sama Aila! Aila cuma minta permen cokelat, Ibuuuu, Aila gak akan minta apa-apa lagi, Aila janjiiiii.” Tangisku semakin kencang tatkala Ibu hanya menghela napasnya panjang, seperti apa yang Ayah lakukan tadi. Aku kemudian pergi ke kamarku, oh, maksudku kamarku bersama kedua orangtuaku.
“Ibu-Ayah gak sayang Aila la-lagi..” gumamku terputus-putus karena tangis. Dapat aku dengar suara tirai kamar disibakkan lalu langkah kaki yang mulai mendekat. Ku lirik sekilas dan aku melihat Ayahku yang berjalan mendekatiku. Ku sembunyikan lagi wajahku di balik bantal, menolak melihat wajah Ayahku.

“Aila, lihat, Ayah punya satu hadiah lagi buat kamu,” ucap Ayah penuh kelembutan sambil mengusap kepalaku.
Ku tolehkan kepalaku ke kiri dan detik berikutnya yang terdengar di kamar itu hanyalah jeritan kebahagiaan dari mulutku. “Terima kasih Ayah, terima kasiiiiih!! Aila sayaaaaang sekali sama Ayah, Ayah memang Ayah Aila nomor satu!” jeritku sambil mulai mencium wajahnya dari mulai pipi, kening, bibir, semuanya. Ingin menunjukkan bahwa aku sangat berterima kasih padanya.

Ku longgarkan pelukanku pada Ayah dan aku mulai sibuk pada permen cokelat yang sangat aku inginkan yang hari ini dihadiahkan oleh Ayah. Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan di hidupku karena Ayah mengabulkan dua keinginanku. Pertama, kura-kura, dan kedua, permen cokelat, permen yang kini membuatku sibuk sampai tidak melihat wajah Ayah setelah itu.

“Ayah dan Ibu, sayang sekali sama Aila, Ayah dan Ibu akan berikan yang terbaik untuk Aila, apa pun akan kami lakukan, apa pun, Nak…” bisik Ayah lirih. Aku menoleh dan menyuapi Ayah permen cokelat yang dia berikan. Ayah menerimanya lalu senyum mengembang di bibirnya. Senyum yang begitu lebar yang membuatku ikut tersenyum, lalu derai tawa mulai meramaikan kamar kami.

Dua bulan setelahnya..

Hari ini aku kembali merajuk pada Ayah. Aku menagih janji Ayah untuk membelikanku sepatu yang sudah Ayah janjikan satu bulan yang lalu. “Ayah kan udah janji sama Aila mau beliin Aila sepatuuu, sepatu Aila udah bolong Ayah, udah jelek, Aila malu memakainyaaaaaa,” rajukku pada Ayah yang sedang menambal ban sepeda ontel kesayangannya, hasil warisan kakekku.

“Iya, Aila doakan saja ya supaya dagangan Ayah tiap hari habis terjual, Ayah nabung dulu ya, sayang,” jawab Ayah sambil membawaku ke pelukannya. Aku mendorong Ayah, menolak dipeluk olehnya. Aku dapat melihat wajah kaget Ayah setelah aku menolak pelukannya. Aku sempat takut tapi aku tidak akan mundur. Aku. Mau. Sepatu.

“Ya udah kalau begitu, Aila gak mau pergi sekolah lagi! Aila malu pakai sepatu jelek! Ayah emang gak sayang Aila!” teriakku lalu pergi meninggalkan Ayah. Biar, biar Ayah tahu betapa malunya diriku memakai sepatu jelek yang sudah bolong dan warnanya tidak jelas lagi.

Sore hari barulah aku kembali ke rumah. Setelah seharian aku bermain dengan teman-temanku, amarahku pada Ayah mulai hilang. Begitu sampai di rumah, aku melihat Ayah masih sibuk dengan sepedanya. Ku percepat langkahku untuk menghindari panggilan Ayah, namun, mendadak langkahku terhenti ketika melihat sepasang sepatu berwarna merah muda dengan hiasan kupu-kupu di kedua sisinya, duduk manis di depan pintu rumahku seakan sudah menungguku untuk menyambutku pulang.

“Ayah, ini sepatu siapa?” tanyaku pada Ayahku.
“Sepatu Aila,” jawabnya.
Aku melangkah mendekatinya, “sepatu siapa, Ayah?” tanyaku lagi.

Ayah menghentikan pekerjaannya dan menatapku lembut, “sepatu Aila, tadi Aila meminta sepatu, kan? Itu Ayah sudah belikan,” jawab Ayah, kali ini dengan senyumnya yang selalu muncul setelah mewujudkan keinginanku. Kali ini, bukan Ayah yang memelukku, namun aku yang berlari ke pelukannya, dan lagi-lagi, seperti bulan-bulan sebelumnya, aku meneriakkan kata terima kasih berkali-kali pada Ayah, yang selalu memberikan apa yang aku inginkan.

“Ayah dan Ibu, sayang sekali sama Aila, Ayah dan Ibu akan berikan yang terbaik untuk Aila, apa pun akan kami lakukan, apa pun, Nak…”

Itulah kata-kata yang selalu Ayah bisikkan di telingaku setelah mengabulkan permintaanku. Namun, yang aku tidak tahu, hari itu adalah hari terakhir di mana Ayah dapat membisikkan kata-kata itu penuh sayang ke telingaku, karena pada bulan berikutnya, Ayahku sudah dipanggil oleh Tuhan, untuk kembali keharibaan-Nya, kembali ke pelukan-Nya, kembali ke surga-Nya yang penuh dengan kebahagiaan. Hari itu aku tak hanya kehilangan sosok Ayah, namun juga kehilangan sosok malaikat pengabul permohonan milikku.

Aku masih dapat mengingat dengan jelas bagaimana kerasnya tangis Ibu ketika jenazah Ayah dikebumikan. Aku yang belum mengerti apa-apa saat itu karena umurku yang baru enam tahun, hanya menatap tubuh Ayah yang ditutupi kain putih, sedangkan tubuhku terus dipeluk oleh Nenekku. Aku masih ingat dengan jelas bagaimana kerasnya usaha Ibu menghidupi aku dan seorang adikku selepas kepergian Ayah.

Mengingat tidak adanya warisan maupun harta benda yang ditinggalkan Ayah untuk kami, karena memang Ayah, Ibu, aku, adikku, adalah keluarga yang kurang mampu. Dan pekerjaan Ayah yang hanya sebagai penjual mainan keliling. Aku masih ingat dengan jelas bagaimana tangis Ibu kembali pecah ketika beberapa pria berbadan kekar mendatangi rumah kami dan berteriak di depan Ibu yang sudah memohon namun tak jua dihiraukan oleh mereka.

Aku masih ingat dengan jelas bagaimana takutnya diriku yang melihat dengan jelas bagaimana pria berbadan kekar itu memukul Ibuku sampai jatuh terjerembab ke tanah, lalu mereka mulai mengacak rumah kami dan membawa barang-barang yang mereka anggap berharga. Aku yang masih berusia enam tahun kala itu, hanya dapat menangis di samping Ibuku yang tengah jatuh pingsan, bersama adikku yang ikut menangis bersamaku.

Kini, sudah dua puluh tahun kejadian itu berlalu namun masih jelas dalam ingatanku tahun-tahun penuh kebahagiaan ketika Ayah masih hidup dan terus mengabulkan keinginanku, juga tahun-tahun penuh derai air mata ketika Ayah telah tiada. Dari tempatku berdiri saat ini, masih dapat aku lihat bangunan yang sudah tidak lagi layak huni tersebut. Namun di bangunan itu pula tersimpan banyak kenangan yang masih terasa segar dalam ingatanku.

Ku langkahkan kakiku pelan menuju rumah lamaku itu. Semakin aku melangkah, semakin hatiku perih membayangkan Ayah dan Ibuku yang sedang bercengkerama sambil melempar tawa satu sama lain dan tak jarang aku yang menjadi sebab di balik tawa mereka. Pintu rumahku sekarang sudah tidak ada. Pintu yang dulu Ayahku perbaiki karena sebelumnya rusak akibat terlalu kencangnya temanku menendang bola ketika bermain bersamaku di depan rumah sudah hilang entah ke mana. Perih kembali terasa di hatiku begitu mengingat Ayah hanya tersenyum penuh kehangatan dan tak memarahi kami sama sekali saat itu.

Rumahku tidak punya ruang tamu, hanya satu ruang yang diberi sekat dengan lemari pakaian yang memisahkan kamar kami dengan ruang keluarga sekaligus ruang tamu sekaligus ruang makan. Perih kembali terasa di hatiku ketika teringat bagaimana dulu ruangan ini begitu hangat penuh dengan tawa. Dinding-dinding ruangan ini menjadi saksi bisu bagaimana dulu keluargaku pernah sangat bahagia. Dulu, sebelum Ayah meninggalkan kami semua.

Dingin. Itu yang aku rasakan ketika duduk di lantai rumah kami yang karpetnya sudah robek sana-sini. Ku tatap penuh rindu lemari pakaian tempat pakaian Ayahku disimpan. Ku buka lemari itu perlahan dan aku terkejut ketika melihat beberapa kertas masih ada di sana. Sepertinya Ibu lupa membawanya sewaktu kami pindah karena diusir paksa karena tidak bisa membayar uang sewa rumah sekitar sepuluh tahun yang lalu. Ku ambil tumpukan itu perlahan, warna kertasnya sudah berubah menjadi kecokelatan, namun tulisan yang ada di sana masih terlihat jelas. Aku mengernyitkan dahi begitu membaca judul di setiap lembar kertas itu. Ap-apa… maksudnya ini?

“Cicilan hutang bulan Januari”
“Cicilan hutang bulan Februari”

Ada dua belas kertas yang bertuliskan bulan yang berbeda. Tidak ada bulan dalam satu tahun yang terlewat. Ap-apa… maksudnya ini? Ku dekatkan kertas-kertas itu agar dapat ku baca lebih jelas. Di samping setiap nominal angka selalu ada tulisan, tulisan Ayahku. Dan setelah membaca setiap tulisan di kertas itu, rumah lama kami, kembali ramai oleh tangisan yang ke luar dari bibirku.

“15000, untuk membeli kura-kura”
“8000, untuk membeli permen cokelat”
“50000, untuk membeli sepatu”

Kertas-kertas itu adalah catatan hutang Ayah untuk memenuhi segala keinginanku. Tangisku semakin kencang ketika ingatan akan Ayah yang memberikanku hadiah memenuhi benakku. Ku peluk kertas-kertas itu erat seakan berharap saat ini aku tengah memeluk Ayahku. Ayah yang selalu menjadi malaikatku, Ayah yang selalu sabar dengan apa yang setiap hari aku pinta, Ayah yang setiap hari selalu memberikan cinta dan kasih sayangnya.

Ayah yang demi memenuhi segala keinginanku rela melakukan segala cara agar aku mendapatkan apa yang aku inginkan, Ayah yang setiap hari tidak lelah mencari nafkah untukku, Ibu serta adikku. Ayah… yang setiap hari selalu mengecup keningku ketika aku tertidur. Dan Ayah yang selalu menjadi pahlawanku yang tidak pernah meminta balas jasa akan apa yang telah dia lakukan dan korbankan.

Dengan mata yang masih berkaca-kaca dan tangis yang masih ke luar dari bibirku, ku dekati lemari Ayahku, ku buka setiap lacinya untuk mencari kertas-kertas yang lain, dan tanganku berhenti ketika melihat sebuah foto di laci paling bawah lemari Ayah. Foto diriku yang sedang memeluk Ayah dan di kedua bibir kami tersungging senyum. Tidak cukup sampai di situ, ada beberapa kalimat di foto itu, lagi-lagi aku mengenalinya sebagai tulisan Ayah.

‘Aila, anakku sayang, Ayah janji, Ayah akan memberikan apa pun yang Aila inginkan, Ayah akan menempuh segala cara agar Ayah bisa selalu melihat senyum seperti di foto ini di wajah Aila. Ayah sayang sama Aila, melebihi apa pun di dunia ini, Nak. Aila, juga sayang, kan, sama Ayah?’

“Iya Ayah, Aila sayang sama Ayah, maafin Aila, Yah, maafin Aila…” ucapku bermonolog pada diriku sendiri. Dalam hatiku, aku melantunkan doa agar Ayah dapat mendengar kata-kataku tadi. Doa tulus dari hatiku. “Yah, meski Aila telat mengucapkannya, tapi Aila tahu, di sana Ayah mendengarnya. Iya kan, Yah? Aila mau bilang kalau Aila sangat bersyukur menjadi anak Ayah, maafkan Aila ya, Yah. Aila banyak minta ketika menjadi anak Ayah, maafkan Aila, Yah..”

“Aila tahu waktu tidak akan bisa diputar kembali, karena itu Aila hanya bisa berdoa supaya Ayah, Ibu, aku, dan adik bisa dipersatukan lagi oleh Tuhan di Surga-Nya kelak. Ayah, tunggu Aila ya, Yah. Aila sayang Ayah. Aila tidak sabar memeluk Ayah lagi, memeluk pahlawan hidup Aila. Meskipun orang lain tidak beranggapan yang sama seperti Aila, Aila tidak peduli, karena bagi Aila, Ayah adalah pahlawan terbaik yang Aila miliki yang selalu membuat Aila merasa begitu disayangi dan dikasihi. Tidak akan sama rasanya, jika bukan Ayah. Aila sayang Ayah.”

Dan hari itu, setelah lebih dari sepuluh tahun aku ditinggalkan oleh Ayah, aku baru merasakan bagaimana rasa kehilangan yang sangat mendalam.

Untuk Ayah tercinta,
Meski tak selalu ku sampaikan kasihku secara nyata, Meski aku mencintaimu tanpa kata
Tapi percaya… Ada namamu yang selalu ku lantunkan dalam doa
Untuk Ayah tercinta… Hanya engkau pahlawan yang selalu aku cinta

............

Sunday, June 19, 2016

Supir taxi

Suatu ketika, Harvey Mackay, seorang motivator, sedang menunggu antrian taksi di sebuah bandara. Lalu, sebuah taksi mengkilap muncul dan mendekatinya.

Sopir taksi keluar dengan pakaian rapi dan segera membukakan pintu penumpang. Kemudian Harvey diberi sebuah kartu, dan sopir itu berkata, “Nama saya Wally, silakan membaca pernyataan misi saya.”

Harvey kemudian membaca kartu tersebut: Misi Wally: mengantar pelanggan ke tempat tujuan dengan cara tercepat, teraman, dan termurah dalam lingkungan yang bersahabat. Harvey terkejut, terutama setelah ia melihat bagian dalam taksi sangat bersih.

Di balik kemudi, Wally berkata, “Apakah Anda ingin kopi? Saya punya yang biasa dan tanpa kafein.”

Harvey pun menjawab, “Tidak, saya ingin minuman ringan saja.”

Ternyata Wally menjawab, “Tak masalah, saya punya pendingin dengan coke biasa dan diet coke, air serta jus jeruk.”

Dengan terkagum-kagum, Harvey berkata, “Saya mau diet coke saja.”

Setelah memberikan diet coke, Wally pun kembali menawarkan, “Jika Anda ingin membaca, saya punya The Wall Street Journal, Time, Sports Illustrated, dan USA Today.”

“Apakah kau selalu melayani pelanggan seperti ini, Wally?” tanya Harvey.

“Dulu saya suka mengeluh seperti kebanyakan sopir taksi. Kemudian saya mendengar Wayne Dyer di radio yang mengatakan bahwa ia baru saja menulis buku berjudul You’ll See It When You Believe It. Ia mengatakan bahwa jika Anda bangun dan mengharap hal buruk terjadi, maka itu hampir pasti terjadi.

Dan ia berkata lagi, ‘Berhenti mengeluh! Berbedalah dari pesaing Anda. Jangan menjadi bebek. Jadilah elang. Bebek menguik dan mengeluh. Elang membumbung tinggi di angkasa.’”

______________________________________________

Pernah bertemu dengan orang yang kerjaannya suka mengeluh ? Atau jangan-jangan anda sendirilah orangnya !

Mengeluh tidak akan pernah menyelesaikan sebuah problem, bahkan kita menjadi rugi karena banyak hal yang berharga, kesempatan-kesempatan emas yang terlalui.

Ada beberapa kerugian yang harus anda tanggung bila anda termasuk orang yang suka mengeluh,

Ketika anda mengeluh, anda sedang mempersiapkan kegagalan buat anda sendiriKetika anda mengeluh, anda menutup diri terhadap kemungkinan terbukanya talenta-talenta lain yang anda miliki.Ketika anda mengeluh, anda sedang menutup pintu relasi dengan orang-orang, karena siapa juga mau berdekatan dengan orang yang terus menerus mengeluh.

Jadi bagaimana teman? Enakan bersyukur saja !

Friday, June 17, 2016

Lala ...

TEMAN -TEMAN , ini kisah mengharukan dari seorang gadis kecil yg mengajarkan tentang kasih....

Istriku berkata kepada aku yang sedang baca koran, "Berapa lama lagi kamu baca koran itu? Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayang untuk makan."

Aku taruh koran dan melihat anak perempuanku satu2nya, namanya Lala tampak ketakutan, air matanya banjir di depannya ada semangkuk nasi berisi nasi susu asam/yogurt (curd rice). Lala anak yang manis dan termasuk pintar dalam usianya yang baru 8 tahun. Dia sangat tidak suka makan curd rice ini. Ibuku dan istriku masih kuno, mereka percaya sekali kalau makan curd rice ada cooling effect (menurunkan panas dalam).

Aku mengambil mangkok dan berkata, "Lala sayang, demi Papa, maukah kamu makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak, nanti Mamamu akan teriak2 sama Papa."

Aku bisa merasakan istriku cemberut di belakang punggungku. Tangis Lala mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya, dan berkata Papa, aku akan makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok tapi semuanya akan aku habiskan, tapi ada yang aku mau minta....agak ragu2 sejenak aku mau minta sesuatu sama Papa bila habis semua nasinya. Apakah Papa mau berjanji memenuhi permintaanku?

Aku menjawab Oh pasti, sayang.

Lala tanya sekali lagi, Betul nih Papa ?

Iya, pasti," sambil menggenggam tangan anakku yang kemerah mudaan dan lembut sebagai tanda setuju.

Lala juga mendesak Mamanya untuk janji hal yang sama, istriku menepuk tangan Lala yang merengek sambil berkata tanpa emosi, "Janji," kata istriku.

Aku sedikit khawatir dan berkata, Lala jangan minta komputer atau barang2 lain yang mahal ya, karena Papa saat ini tidak punya uang.

Lala menjawab, "Jangan khawatir, Lala tidak minta barang2 mahal kok."

Kemudian Lala dengan perlahan-lahan dan kelihatannya sangat menderita, dia bertekad menghabiskan semua nasi susu asam itu. Dalam hatiku aku marah sama istri dan ibuku yang memaksa Lala untuk makan sesuatu yang tidak disukainya.

Setelah Lala melewati penderitaannya, dia mendekatiku dengan mata penuh harap, dan semua perhatian (aku, istriku dan juga ibuku) tertuju kepadanya.

Ternyata Lala mau kepalanya digundulin (dibotakin) pada hari Minggu!!!

Istriku spontan berkata, "Permintaan gila, anak perempuan dibotakin, tidak mungkin!"

Juga Mamaku menggerutu, "Jangan terjadi dalam keluarga kita. Dia terlalu banyak nonton TV dan program2 TV itu sudah merusak kebudayaan kita."

Aku coba membujuk, "Lala kenapa kamu tidak minta hal yang lain kami semua akan sedih melihatmu botak."

Tapi Lala tetap dengan pilihannya, "Tidak ada Papa, tak ada keinginan lain." kata Lala.

Aku coba memohon kepada Lala, "Tolonglah kenapa kamu tidak mencoba untuk mengerti perasaan kami."

Lala dengan menangis berkata, "Papa sudah melihat bagaimana menderitanya aku menghabiskan nasi susu asam itu dan Papa sudah berjanji untuk memenuhi permintaanku. Kenapa Papa sekarang mau mengingkari sendiri? Bukankah Papa selalu mengajarkan, bahwa kita harus memenuhi janji kita terhadap seseorang apapun yang terjadi?"

Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku, "Ok. Janji kita harus ditepati."

Secara serentak istri dan ibuku berkata, "Apakah aku sudah gila?"

"Tidak," jawabku, 'Kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan pernah belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri."

"Lala, permintaanmu akan kami penuhi."

Dengan kepala botak, wajah Lala nampak bundar dan matanya besar dan bagus.

Hari Senin, aku mengantarnya ke sekolah, sekilas aku melihat Lala botak berjalan ke kelasnya dan melambaikan tangan kepadaku. Sambil tersenyum aku membalas lambaian tangannya.

Tiba-tiba seorang anak laki-laki keluar dari mobil sambil berteriak, "Lala, tunggu saya."

Yang mengejutkanku ternyata, kepala anak laki-laki itu botak juga.

Aku berpikir mungkin 'botak' adalah model jaman sekarang.........

Tanpa memperkenalkan dirinya seorang wanita keluar dari mobil dan berkata,

Anak anda, Lala benar-benar hebat. Anak laki-laki yang jalan bersama-sama dia sekarang, Alex adalah anak saya. Dia menderita kanker leukemia.

Wanita itu berhenti sejenak, nangis tersedu-sedu, Bulan lalu Alex tidak masuk sekolah, karena pengobatan kemo-terapi, kepalanya menjadi botak jadi dia tidak mau pergi ke sekolah takut diejek oleh teman-temannya."

"Nah, minggu lalu Lala datang ke rumah dan berjanji kepada anak saya untuk mengatasi ejekan yang mungkin terjadi. Hanya saya betul-betul tidak menyangka kalau Lala mau mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku Alex. Bapak dan istri bapak sungguh diberkati Tuhan mempunyai anak perempuan yang berhati mulia.

Aku berdiri terpaku dan aku menangis, malaikat kecilku, tolong ajarkanku tentang kasih.

Terima kasih jikalau Anda ingin menshare ini kepada teman-teman Anda dan memberikan inspirasi bagi mereka.

Sunday, June 12, 2016

Wanita single

Usiaku 25 Tahun dan Single, Mereka Bilang Aku 'Wanita Sisa'

Ketika wanita berusia di atas 25 tahun dan masih single disebut "leftover woman".

Sahabat, pernah nggak sih kamu ditanya "kapan nikah?" atau mungkin pertanyaan lain semacam "nunggu apa lagi sih? kenapa nggak nikah juga?" Pertanyaan semacam itu biasanya makin sering kamu dengar bila usiamu sudah lebih dari 25 tahun masih saja single. Di Cina, ada sebutan untuk wanita berusia 25 tahun yang masih single, yaitu "Sheng Nu".

Secara harfiah, "Sheng Nu" berarti "wanita sisa". Dilansir dari buzzfeed.com, saat seseorang sudah dicap sebagai "wanita sisa" maka ia akan jadi bahan gosip bahkan diolok-olok. Dalam sebuah video yang dibuat oleh SK-II, sejumlah wanita single berusia di atas 25 tahun mencurahkan isi hatinya. Menurut budaya Cina, anak perempuan diajari agar selalu bisa mengabulkan keinginan orang tuanya untuk segera menemukan jodohnya secepat mungkin.

Kalau seorang wanita tak menikah di usia "yang tepat", orang tua dan anggota keluarga lain akan mempermalukannya atau mencibirnya. Di video tersebut juga muncul pernyataan, "Orang-orang meyakini bahwa menurut masyarakat Cina, seorang wanita yang belum menikah itu belumlah sempurna."

Banyak tekanan yang dihadapi oleh para wanita yang dicap sebagai "wanita sisa". Mulai dari dianggap terlalu pemilih, kurang cantik, sampai si orang tua mengancam tak akan mati dengan tenang sebelum melihat putrinya menikah.

Tak heran jika di Shanghai sering diadakan pasar jodoh. Di mana para orang tua akan menampilkan profil putra atau putri mereka dengan harapan bisa segera menemukan jodohnya. Profilnya biasanya akan memperlihatkan usia, pekerjaan, pendapatan, hingga kekayaan yang dimiliki. Tapi hal ini memberi kesedihan tersendiri di hati para wanita, seolah yang dilakukan para orang tua di pasar jodoh itu adalah menjual putrinya sendiri.

Banyak wanita yang merasa sedih sekaligus terluka. Di satu sisi, mereka ingin memiliki hidup yang bahagia tanpa harus dipaksa cepat-cepat menikah. Mereka juga ingin menemukan seseorang yang tepat untuk dijadikan pasangan hidup bukan sekadar orang asing yang dikenal lewat pasar jodoh. Namun di sisi lain, mereka juga ingin membahagiakan hati kedua orang tuanya. Mereka juga tak pernah punya niat untuk melukai atau menyakiti hati kedua orang tuanya.

Akhirnya sejumlah wanita kembali ke pasar jodoh. Mereka membuat profil diri mereka sendiri untuk ditunjukkan pada orang tua mereka.

Sejumlah pesan yang ditampilkan para wanita itu juga sangat menyentuh. 
"Meskipun aku sendiri, aku akan bahagia, percaya diri, dan punya kehidupan yang baik." 
"Istilah 'wanita sisa' itu tak cocok, aku punya karier yang bagus dan ada istilah lain untuk itu 'wanita tangguh'."
"Aku tak mau menikah karena diharuskan menikah. Aku tak akan bahagia dengan cara itu."

Saat melihat profil putrinya, para orang tua kembali disadarkan. Wanita single dan mandiri bukanlah "wanita sisa". Mereka justru wanita yang tangguh, cantik, dan percaya diri dengan cara serta hak mereka sendiri. 

Sedih pastinya jika masyarakat mencibir atau sampai menghina kita karena status yang masih single di usia yang dianggap "sudah waktunya menikah dan punya anak". Tapi bagaimana pun tiap orang punya prioritasnya sendiri. Dan tiap wanita pasti punya perjuangannya sendiri menjalani hidupnya. What do you think about it, Ladies?

Tuesday, May 31, 2016

Sesuatu yg berharga

Seorang pemuda membawa ayahnya yang telah tua dan agak pikun ke sebuah restoran terbaik di kotanya. Ketika makan, tangan sang ayah gemetar sehingga banyak makanan tumpah dan tercecer mengotori meja, lantai, dan bajunya sendiri. Beberapa pengunjung restoran, melirik situasi tersebut.

Namun pemuda itu terlihat begitu tenang. Ia membantu dengan sabar dan menanti sang ayah selesai makan. Setelah selesai, ia membawa sang ayah ke kamar mandi, untuk dibersihkan tubuh dan pakaiannya dari kotoran. Setelah itu, ia mendudukkan ayahnya kembali di kursi, dan dengan tenang ia pun membersihkan makanan yang tercecer di sekitar meja tempat ayahnya makan, Kemudian, ia membayar tagihan makan malam pada kasir restoran itu, menghampiri ayahnya, dan menuntunnya keluar.

Pemilik restoran yang sedari tadi mencermati perilaku pelanggannya ini, bergegas keluar menyusul si pemuda yang sedang menuntun ayahnya itu. Setelah berhasil menyusul, ia berkata, “Terima kasih, Anda telah meninggalkan sesuatu yang berharga di restoranku.”

Pemuda itu balik bertanya, “Memangnya barang berharga apa yang aku tinggalkan…?”

Sambil menepuk pundak si pemuda, pemilik restoran berkata, “Engkau telah meninggalkan pembelajaran yang mahal pada kami semua, tentang luhurnya nilai berbakti kepada orang tua.”

“Bakti” bagi setiap orang terhadap orangtuanya, tentu tidak sama satu sama lain, karena situasi yang berbeda-beda. Tapi yang pasti: bakti adalah hal yang tidak bisa kita abaikan. Seburuk apa pun rupa maupun kondisi orangtua kita, mereka tetap layak dan harus dihormati.


Saturday, May 14, 2016

Kisah seorang bocah dan perampok

Kisah Mengharukan Bocah dan Perampok

Moore adalah seorang dokter terkenal dan dihormati, melalui tangannya sudah tak terhitung nyawa yang diselamatkan, dia tinggal disebuah kota tua di Prancis. 20 tahun yang lalu dia adalah seorang narapidana, kekasihnya mengkhianati dia lari kepelukan lelaki lain, karena emosinya dia melukai lelaki tersebut, maka dia dari seorang mahasiswa di universitas terkenal menjadi seorang narapidana, dia dipenjara selama 3 tahun.

Setelah dia keluar dari penjara, kekasihnya telah menikah dengan orang lain, karena statusnya sebagai bekas narapidana menyebabkannya ketika melamar pekerjaan menjadi bahan ejekan dan penghinaan. 

Dalam keadaan sakit hati, Moore memutuskan akan menjadi perampok. Dia telah mengincar di bagian selatan kota ada sebuah rumah yang akan menjadi sasarannya, para orang dewasa dirumah tersebut semuanya pergi bekerja sampai malam baru pulang kerumah, didalam rumah hanya ada seorang anak kecil buta yang tinggal sendirian.

Dia pergi kerumah tersebut mencongkel pintu utama membawa sebuah pisau belati, masuk kedalam rumah, sebuah suara lembut bertanya, “Siapa itu?” Moore sembarangan menjawab, “Saya adalah teman papamu, dia memberikan kunci rumah kepadaku.”

Anak kecil ini sangat gembira, tanpa curiga berkata, “Selamat datang, namaku Kay, tetapi papaku malam baru sampai ke rumah, paman apakah engkau mau bermain sebentar dengan saya?” Dia memandang dengan mata yang besar dan terang tetapi tidak melihat apapun, dengan wajah penuh harapan, di bawah tatapan memohon yang tulus, Moore lupa kepada tujuannya, langsung menyetujui.

Yang membuat dia sangat terheran-heran adalah anak yang berumur 8 tahun dan buta ini dapat bermain piano dengan lancar, lagu-lagu yang dimainkannya sangat indah dan gembira, walaupun bagi seorang anak normal harus melakukan upaya besar sampai ke tingkat seperti anak buta ini.

setelah selesai bermain piano anak ini melukis sebuah lukisan yang dapat dirasakan didalam dunia anak buta ini, seperti matahari, bunga, ayah-ibu, teman-teman, dunia anak buta ini rupanya tidak kosong, walaupun lukisannya kelihatannya sangat canggung, yang bulat dan persegi tidak dapat dibedakan, tetapi dia melukis dengan sangat serius dan tulus.

“Paman, apakah matahari seperti ini?” Moore tiba-tiba merasa sangat terharu, lalu dia melukis di telapak tangan anak ini beberapa bulatan, “Matahari bentuknya bulat dan terang, dan warnanya keemasan.”

“Paman, apa warna keemasan itu?” dia mendongakkan wajahnya yang mungil bertanya, Moore terdiam sejenak, lalu membawanya ketempat terik matahari, “Emas adalah sebuah warna yang sangat vitalitas, bisa membuat orang merasa hangat, sama seperti kita memakan roti yang bisa memberi kita kekuatan.”

Anak buta ini dengan gembira dengan tangannya meraba ke empat penjuru, “Paman, saya sudah merasakan, sangat hangat, dia pasti akan sama dengan warna senyuman paman.” Moore dengan penuh sabar menjelaskan kepadanya berbagai warna dan bentuk barang, dia sengaja menggambarkan dengan hidup, sehingga anak yang penuh imajinatif ini mudah mengerti. Anak buta ini mendengar ceritanya dengan sangat serius, walaupun dia buta, tetapi rasa sentuh dan pendengaran anak ini lebih tajam dan kuat daripada anak normal, tanpa terasa waktu berlalu dengan cepat.

Akhirnya, Moore teringat tujuan kedatangannya, tetapi Moore tidak mungkin lagi merampok. Hanya karena kecaman dan ejekan dari masyarakat dia akan melakukan kejahatan lagi, berdiri di hadapan Kay dia merasa sangat malu, lalu dia menulis sebuah catatan untuk orang tua Kay,

“Tuan dan nyonya yang terhormat, maafkan saya mencongkel pintu rumah kalian, kalian adalah orang tua yang hebat, dapat mendidik anak yang demikian baik, walaupun matanya buta, tetapi hatinya sangat terang, dia mengajarkan kepada saya banyak hal, dan membuka pintu hati saya.”

Tiga tahun kemudian, Moore menyelesaikan kuliahnya di universitas kedokteran, dan memulai karirnya sebagai seorang dokter.

Enam tahun kemudian, dia dan rekan-rekannya mengoperasi mata Kay, sehingga Kay bisa melihat keindahan dunia ini, kemudian Kay menjadi seorang pianis terkenal, yang mengadakan konser ke seluruh dunia, setiap mengadakan konser, Moore akan berusaha menghadirinya, duduk disebuah sudut yang tidak mencolok, mendengarkan music indah menyirami jiwanya yang dimainkan oleh seorang pianis yang dulunya buta.

Refleksi:

Ketika Moore mengalami kekecewaan terhadap dunia dan kehidupannya, semangat dan kehangatan Kay kecil yang buta ini yang memberikan kehangatan dan kepercayaan diri kepadanya, Kay kecil yang tinggal didalam dunia yang gelap, sama sekali tidak pernah putus asa dan menyia-nyiakan hidupnya, dia membuat orang menyadari betapa besar vitalitas dalam hidup ini, vitalitas dan semangat ini menyentuh ke dasar hati Moore.

Cinta dan harapan akan dapat membuat seseorang kehilangan niat melakukan kejahatan, sedikit harapan mungkin bisa menyembuhkan seorang yang putus asa, atau bahkan bisa mengubah nasib kehidupan seseorang atau kehidupan banyak orang, seperti Moore yang telah membantu banyak orang, ketika mengalami putus asa maka bukalah pintu hatimu, maka cahaya harapan akan menyinari hatimu.

Sunday, May 8, 2016

Semuanya baik...

Semua nya baik

Orang sering bertanya, 'Bagaimana Anda bisa bilang all is well (segalanya baik) kalau saya sakit atau saya tidak punya uang atau pacar meninggalkan saya?'

Segalanya baik karena hidup tidak pernah pasti 100% dan jika hidup Anda selalu bahagia, maka Anda tidak pernah belajar apa pun.
Kalau suatu saat Anda mendapatkan 30% dan menjadi begitu depresi, murung, segala sesuatu bisa saja salah dari waktu ke waktu, maka pada saat itulah Anda dapat kesempatan untuk bertumbuh.

Ketika Anda sakit, Anda bisa istirahat dan membuka kesempatan kepada siapa pun untuk berbuat karma baik mis. dengan mengobati, merawat, atau menjenguk Anda.

Bahkan tak ada yang salah dengan menjadi tua. Menjadi tua adalah sesuatu yang luar biasa!
Saya berumur 60 tahun. Saya selalu berpikir saya tidak semuda dulu, tapi tidak setua apa yang akan saya alami. Jadi lebih baik saya menikmati hari ini.

Dengan cara seperti itu, Anda tidak perlu cemas terhadap apapun.
Apapun yang akan terjadi dengan hidup kita, all is well. Walaupun banyak kesedihan dan kesulitan dalam hidup kita, itulah tantangannya karena dengan adanya itu, maka kita bisa bertumbuh.
Karena adanya kesedihan dan air mata, kita bisa memiliki welas asih.

Semua kesakitan dan penderitaan akan berakhir dan sesudahnya akan timbul kebahagiaan

Tapi kadang2 kita tidak bisa bilang all is well dengan tulus karena masih saja cemas dengan hal-hal di masa lalu maupun di masa depan

Jangan mengkhawatirkan kejadian yang belum terjadi di masa depan dan jangan terpaku terhadap kenangan buruk di masa lalu, ingatlah pada kenangan yang bahagia dan menyenangkan.
Ini akan membuat Anda termotivasi menjadi orang yang lebih bahagia, menjadi orang yang lebih sehat, menjadi orang yang lebih sukses. Itulah yang disebut melepas. Ketika Anda melepas rasa sakit di masa lalu, apa yang tersisa? All is well…

So, mari kita ucapkan, "Untuk semua yang telah terjadi, terima kasih.
Untuk semua yang akan terjadi, baiklah." ....Gbu

Kisah nyata seekor sapi

Kisah nyata...seekor sapi yg mengharukan...

Ini adalah sebuah kisah nyata yang terjadi di Cina Bagian Barat di daerah gurun pasir yang gersang di Provinsi Cing Hai. Di provinsi ini air sangatlah sulit didapatkan. Sepanjang mata memandang hanyalah gurun pasir, kering gersang tak ada sumber air. Hidup para penduduk daerah ini sangat bergantung pada pengangkutan air jarak jauh. Pemerintah setempat menugaskan para tentara lokal untuk mengangkut air.

Pemerintah memberlakukan peraturan yang sangat ketat akan penggunaan air bagi setiap penduduknya. Masing-masing hanya mendapat jatah 3 liter air setiap harinya.

Pada suatu hari yang cerah, di suatu daerah di bagian provinsi ini, seekor sapi tua tiba-tiba melepaskan diri dari ikatan tali di lehernya. Dengan berjalan tertatih-tatih ia menuju jalan raya yang merupakan jalur truk-truk air akan lewat. Ia berhenti tepat di tengah jalan itu. Saat itu truk berisikan air akan lewat.

Sapi itu tetap berjalan mengarah ke depan truk tersebut dan memaksa truk berhenti. Dengan keheranan sopir truk tersebut turun dan berusaha mengusir sapi tersebut. Namun usahanya sia-sia saja. Sementara sapi itu terus saja memandangi truk air tersebut. Seakan-akan hendak mengatakan sesuatu. Situasi ini terus berlangsung beberapa saat dan mengakibatkan kemacetan besar.

Para pengendara motor dan mobil tidak sabar dan menggerutu. Beberapa orang yang tidak sabar berusaha mengusir dengan api, tetapi sapi itu tetap bertahan. Kemudian pemilik sapi tiba di tempat kejadian dan mencambuki berkali-kali, sedemikian kuat, sampai-sampai kulit badan si sapi sobek, tapi hewan ini tetap bertahan dan tidak beranjak sedikit pun.

Rintihan memilukan dari sapi tua nan kurus itu sangat tragis sehingga para petugas dan beberapa pengendara meneteskan air mata. Akhirnya, seorang tentara yang bertanggung jawab akan penggunaan air di daerah itu berkata, “Biarlah sekali ini saya melanggar peraturan! Saya siap untuk mendapat hukuman.” Dia mengambil wadah air dengan separuh isi (satu setengah kilo air) dan menempatkannya di depan sapi tersebut.

Akan tetapi air tersebut tidak disentuhnya. Sapi itu malah memandang ke arah matahari terbenam dan melenguh dengan keras. Beberapa saat kemudian seekor sapi kecil muncul dari belakang tumpukan pasir, berlari dengan sempoyongan, cepat-cepat menuju wadah air itu. Sapi tua yang terluka itu memandang dengan penuh kasih sayang pada sapi kecil sampai air di wadah habis. Dengan air mata berlinang, ibu sapi dan sapi kecil itu saling menjilat mata masing-masing. Tanpa suara, mereka mengekspresikan kasih mereka satu sama lain.

Kemudian, mereka meninggalkan tempat kejadian itu tanpa harus diusir. Orang-orang terdiam dan berpikir dalam hati masing-masing.

_____________________________________________

Air mata saya jatuh menetes ketika meng-upload kisah nyata ini buat anda.

Kita sebagai manusia, memang seringkali harus belajar tentang implementasi kasih. Belajar dari banyak hal, baik itu lewat peristiwa yang orang lain alami atau kita alami, bahkan harus belajar kepada si sapi, binatang di kisah ini. Tidak ada kasih yang sempurna, tapi kita harus selalu belajar menyempurnakan kasih kita, meski harus ada robekan luka di hati.

Tuhan senantiasa sempurnakan kasih kita kepada sesama dan kepadaNya !....

Tuesday, April 26, 2016

49 menit

49 Menit Paling Tak Terlupakan, Kulepas Bayiku dengan Ikhlas

Kisah ibu yang harus kehilangan bayinya dalam waktu sangat singkat.

Menyambut kelahiran buah hati bisa jadi momen yang paling emosional. Ada rasa cemas tapi juga bahagia. Namun, apa jadinya ketika kita diberitahu bahwa bayi yang kita kandung ternyata tak bisa hidup lama?

Talia Gates, sejak usia kehamilannya memasuki 20 minggu, ia sudah tahu kalau putrinya tak akan bisa bertahan lama. Dilansir dari today.com, Talia diberitahu kalau janin yang dikandungnya mengalami gangguan rangka (skeletal disorder)sehingga saat dilahirkan nanti dia tak akan bertahan lama. Jelas kenyataan ini membuat Talia sangat terpukul. Tapi ia tetap menjaga dan mempertahankan kehamilannya.

Bulan Februari 2015 lalu, Talia sangat bahagia ketika tahu dirinya hamil. Tapi ternyata saat usia kehamilannya memasuki 20 minggu, dokter mengatakan kalau bayi yang dikandungnya mengidap Thanatophoric Dysplasia dan tak bisa bertahan hidup saat nanti dilahirkan.

Talia dan suaminya Josh tetap mengusahakan yang terbaik. Di sisa usia kehamilan 16 minggu selanjutnya, mereka tetap menikmati setiap momen istimewa yang ada. Sekalipun Talia tahu kalau putrinya kemungkinan besar tak akan bertahan hidup saat dilahirkan, ia mencoba tegar. Bahkan ia sudah coba mempersiapkan pemakaman ketika sang buah hati masih dalam kandungan.

Tanggal 12 Juni 2015, di usia kehamilannya yang memasuki 36 minggu, Talia menjalani persalinan. Ada dilema tersendiri yang dialami Talia. Di satu sisi ia bisa coba menerima dan memahami kalau keputusan yang ada. Tapi di sisi lain ia merasa tak siap untuk melepas kepergian sang buah hati dalam waktu singkat....

"Tak bisa kupungkiri, mencoba mendorongnya keluar adalah hal tersulit yang kulakukan. Pikiranku terus berkata, 'Jangan lakukan! Jangan dorong ia keluar. Tetap jaga ia di dalam, ia aman di sini'," ungkap Talia.

Saat akhirnya putri kecil yang diberi nama Aubrey Lea Gates itu lahir, Talia langsung memeluknya. Talia benar-benar coba memanfaatkan setiap detik yang ada untuk membuat kenangan terindah bersama sang putri. Namun, sayang momen itu hanya berlangsung 49 menit saja. Setelah lahir pukul 18.51 tanggal 12 Juni 2015, Aubrey meninggal di lengah ayahnya pukul 19.40.

Meski hanya 49 menit, Talia masih bisa mengingat tangisan pertama dan juga terakhir Aubrey. Dia juga masih ingat betul momen ketika putrinya itu menatapnya dengan mata kecilnya. Talia juga masih bisa mengenang bagaimana Aubrey juga masih sempat diperkenalkan dengan kakaknya dan juga kakek neneknya.

"Itu adalah momen 49 menit terindah dalam hidupku," tutur Talia. "Aku dan Aubrey pernah menjalani hidup bersama. Aku tak akan mau menukarkan momen 36 minggu tersebut dengan apapun. Tak sedetik pun aku mau menyerah."

Walaupun harus berduka kehilangan putrinya dalam waktu yang sangat singkat, Talia tetap mencoba bangkit. Bersama dengan suami dan putra pertamanya, Talia yakin ia bisa melewati momen kesedihan dan duka tersebut seiring waktu berjalan. "Kami akan melewati masa sulit ini. Aubrey akan selalu jadi bagian dari kami. Hanya saja dia di surga sekarang," Talia mengungkapkan isi hatinya.

Mengalami dan melewati masa sulit kehilangan buah hati tercinta memang tak mudah. Tapi akan selalu ada orang-orang di sekitar kita yang bisa menguatkan diri dan membuat kita bisa tersenyum melanjutkan hidup.

Thursday, April 21, 2016

Kisah seorang gadis buta

Pada suatu hari ada seorang gadis buta yg sangat membenci dirinya sendiri. Karena kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya.

Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi gadisnya itu kalau gadisnya itu sudah bisa melihat dunia.

Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepada gadisnya itu, yang akhirnya dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasih gadisnya itu.

Kekasihnya bertanya kepada gadisnya itu, ”Sayaaaang, sekarang kamu sudah bisa melihat dunia. Apakah engkau mau menikah denganku?” Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya itu ternyata buta. Dan dia menolak untuk menikahi si pria pacar-nya itu yg selama ini sudah sangat setia sekali mendampingi hidupnya selama si gadis itu buta matanya.

Dan akhirnya si Pria kekasihnya itu pergi dengan meneteskan air mata, dan kemudian menuliskan sepucuk surat singkat kepada gadisnya itu, “Sayangku, tolong engkau jaga baik-baik ke-2 mata yg telah aku berikan kepadamu.”

Gadis itu menangis dan menyadari kebodohannya, betapa besar pengorbanan kekasihnya selama ini tapi kekasihnya telah pergi dengan membawa luka dihati.

Kisah di atas memperlihatkan bagaimana pikiran manusia berubah saat status dalam hidupnya berubah. Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup sebelumnya dan lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus berterima kasih karena telah menyertai dan menopang bahkan di saat yang paling menyakitkan.


Sunday, April 17, 2016

Mimpi

Ada seorang pria kaya yang hidup tanpa prinsip. Ia enggan untuk menawarkan bantuan kepada orang-orang miskin. Ia memiliki sebuah rumah megah dan perkebunan yang besar. Seorang penjaga gerbang yang kejam disiapkannya untuk mencegah masuknya pengemis dan orang miskin lainnya ke rumahnya.

Pria ini angkuh dan mendominasi istri dan anak-anaknya. Ia tidak mengizinkan mereka untuk melakukan setiap tindakan amal atau menghabiskan uang tanpa persetujuannya. Pengemis miskin yang mendekati rumahnya akan diusirnya dengan kejam. Bahkan dalam keadaan darurat, ia tidak menunjukkan belas kasihan atau simpati kepada orang-orang miskin. Ia tidak berhubungan dengan tetangga atau kerabatnya yang miskin karena ia takut mereka akan mencari bantuannya saat mereka kesulitan keuangan.

Hingga pada suatu hari, penjaga gerbang sakit dan tidak bisa datang untuk bertugas. Sebuah keluarga pengungsi miskin dari daerah yang banjir mendatangi rumahnya dan meminta makanan karena mereka lapar dan lelah. Pria kaya itu mengizinkan mereka untuk mengambil buah nangka yang jatuh dari pohon di pekarangan rumahnya. Mereka pergi membawa buah itu. Pria kaya itu memberikan buah nangka karena pohon itu telah menghasilkan buah dalam jumlah besar dan tidak bisa dijual di pasar karena permintaan yang rendah. Ia khawatir karena tidak mampu memanfaatkan buah itu untuk mendatangkan keuntungan. Sementara buah yang jatuh akan menyebabkan rumahnya kotor. Ia mengambil keuntungan, dengan diambilnya buah nangka jatuh itu akan membuat rumahnya bersih dan bukan karena tindakan belas kasihan.

Malam itu, pria kaya itu bermimpi yang mengerikan. Ia bermimpi bahwa ia dilemparkan ke neraka bersama dengan beberapa jiwa. Ada api di sekitarnya. Ia berteriak keras kepada Tuhan, yang terlihat duduk di singgasana surga. Teriaknya, “Bantu aku, Tuhan. Saya sudah beribadah melakukan perintahmu dan berdoa secara teratur. Tetapi mengapa Engkau menempatkan saya di neraka ini. Biarkan saya ke surga.”

Tuhan menjawab, “Sebutkan salah satu tindakan amal yang telah Kau lakukan dengan hati yang penuh kasih dalam kehidupanmu, dan Saya akan membantumu.”

Pria kaya itu berpikir keras. Gambaran dari orang-orang miskin dan sakit yang ia abaikan berbaris dalam ingatannya. Tiba-tiba keluarga yang makan buah nangka muncul dalam pikirannya. Ia berteriak dengan sukacita, “Ya Tuhan, saya telah memberi buah nangka kepada keluarga yang kelaparan. Mohon angkat saya dari api ini, Tuhanku.”

Tuhan berkata, “Kau tidak memberikan dengan cinta. Aku masih memberimu kesempatan. Aku akan menurunkan buah nangka terikat tali ke arahmu dari sini. Kau mungkin akan berpegang pada buah itu dan aku akan menarikmu dari api.”

Pria itu melompat dengan sukacita, ia melihat buat itu mendekat dan ia pun memeluk dengan secepatnya. Ketika terangkat, beberapa jiwa memegangi kakinya berharap untuk bisa ikut melarikan diri. Ia menendang mereka dengan segenap tenaganya. Tiba-tiba sebuah jiwa olahragawan melompat inggi dan menangkap buah nangka itu. Ia mengangkat tangannya untuk memukul dan mendorongnya. “Ini adalah buahku. Pergi!” teriaknya. Tiba-tiba ia kehilangan pegangan dan jatuh, kembali ke nyala api itu.

Dengan shock ia membuka matanya. Ia terbaring di lantai setelah jatuh dari tempat tidurnya dalam tidurnya. Ia mengakui kesalahannya dan memulai hidup baru dengan beberapa tindakan amal....

Jangan jemu jemu berbuat baik ya....sahabat kehidupan.....

Monday, April 4, 2016

Prasangka buruk

Prasangka buruk...

Seorang guru yang baru diangkat, ditugaskan untuk menangani sebuah kelas di sebuah sekolah. Guru yang menangani kelas itu memiliki kesan yang sangat buruk tentang murid di kelas itu. Jadi dia mengingatkan guru baru tentang mereka dan menyarankan dia agar lebih keras, ketat, dan kasar sejak awal.

Dipengaruhi oleh nasihat tersebut, guru baru ini masuk kelas dengan wajah muram sambil melambaikan tongkat untuk membuat rasa takut muridnya. Para murid takut melihat ekspresinya. Guru baru itu bertanya kepada mereka sebuah pertanyaan untuk menguji pengetahuan mereka sebelumnya dan meminta muridnya agar mengangkat tangan kanannya sebelum menjawab pertanyaan.

Banyak muridnya yang mengangkat tangan mereka. Murid yang tidak mengetahui jawabannya hanya duduk diam, mengantisipasi reaksi keras sang guru. Sambil memandang muridnya, ia melihat seorang murid laki-laki di barisan terakhir mengangkat tangan kirinya, bukan tangan kanannya. Guru baru itu menganggap bahwa murid ini tidak disiplin, karena ia berprasangka berdasarkan laporan dari guru sebelumnya. Ia menganggap mungkin ini murid badung di kelas itu.

Dibawa oleh kemarahan, guru baru itu bergegas menuju ke bangku murid laki-laki itu dambil membawa tongkatnya, berteriak, untuk memberi peringatan juga bagi semua murid. Anak malang itu jatuh dan menangis keras. Rupanya tangan kanannya lumpuh, itu sebabnya ia mengangkat tangan kirinya, bukan tangan kanannya, untuk menunjukkan bahwa ia tahu jawaban dari pertanyaan sang guru.

Guru baru itu terkejut. Ia mencoba berbagai cara untuk menenangkan anak itu. Kemudian ia tahu bahwa anak itu menjadi korban polio dan menggunakan tangan kiri untuk menulis, karena tangan kanannya benar-benar lumpuh.

Kejadian itu mengubah sifat guru baru itu. Ia menjadi ramah kepada setiap murid, bertanya pada mereka pertanyaan pribadi dan mempelajari nama-nama muridnya, kemampuan mereka masing-masing, cacat, bakat khusus, dan latar belakang keluarga dari setiap murid di kelasnya. Dengan pendekatan personal dan penuh kasih sayang ini, guru baru itu dengan mudah memenangkan penghargaan dan kekaguman mereka. Ia menjadi guru yang sangat sukses dan dicintai serta dihormati oleh semua muridnya.

______________________________________

Kita sering berprasangka buruk dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri.  Orang lainlah yang kasar, orang lainlah yang tak tahu diri, orang lainlah yang berdosa, orang lainlah yang salah pokoknya. Padahal kita sendiri yang tidak tahu, seperti kisah seorang guru di kisah ini. Kita sering mengomentari, mencemooh gagasan orang lain, sementara sebetulnya kita tidak tahu betul permasalahannya itu seperti apa.

Jangan cepat berprasangka buruk terhadap situasi yang nampaknya buruk, apalagi membalas dendam. Jadilah tenang, maka kita akan melihat bahwa tidak ada persoalan yang tidak dapat diselesaikan.

 

Sedih..pasti nangis


Sunday, April 3, 2016

Kisah kaos kaki robek sang ayah

Kisah kaos kaki robek sang ayah

Alkisah seorang kaya raya sedang sakit parah. Menjelang ajal menjemput, dikumpulkanlah anak-anak tercintanya.

Beliau berwasiat:
Anak-anakku, jika ayah sudah dipanggil yang Maha Kuasa, ada permintaan ayah kepada kalian:

"Tolong dipakaikan kaos kaki kesayangan ayah walaupun kaos kaki itu sudah robek, ayah ingin memakai barang kesayangan yang penuh kenangan semasa bekerja di kantor ayah dan minta kenangan kaos kaki itu dipake bila ayah dikubur nanti."

Singkat cerita, akhirnya sang ayah wafat. Saat mengurus Jenazah dan saat mengkafani, anak-anaknya minta ke pak modin untuk memakaikan kaos kaki yang robek itu sesuai wasiat ayahnya.

Akan tetapi pak modin menolaknya:
"Maaf secara syariat hanya 2 lembar kain putih saja yang di perbolehkan dipakaikan kepada mayat."

Terjadi perdebatan antara anak-anak yang ingin memakaikan kaos kaki robek dan pak modin yang juga ustad yang melarangnya.

Karena tidak ada titik temu, dipanggilah penasihat sekaligus notaris keluarga tersebut.

Beliau menyampaikan: "Sebelum meninggal bapak menitipkan surat wasiat, ayo kita buka bersama-sama siapa tahu ada petunjuk."

Maka dibukalah surat wasiat almarhum untuk anak-anaknya yang di titipkan kepada notaris tersebut.

Ini bunyinya:
"Anak-anakku, pasti sekarang kalian sedang bingung, karena dilarang memakaikan kaos kaki robek kepada mayat ayah"

"Lihatlah anak-anakku, padahal harta ayah banyak, uang berlimpah, beberapa mobil mewah, tanah dan sawah dimana-mana, rumah mewah banyak, tetapi tidak ada artinya ketika ayah sudah mati."

"Bahkan kaos kaki robek saja tidak boleh dibawa mati."

"Begitu tidak berartinya dunia, semua kesia-siaan belaka..

"Anak-anakku, inilah yang ingin ayah sampaikan agar kalian tidak tertipu dengan dunia yang sementara."..

Salam sayang ayah...

Kisah seorang ayah yg berbohong


Friday, April 1, 2016

Cinta seorang ibu

I LOVE MY MOM

Cinta Seorang Ibu

Di sebuah rumah sakit bersalin,
seorang ibu baru saja melahirkan bayinya.
"Bisa saya melihat bayi saya?"
pinta ibu yang baru melahirkan itu penuh rona kebahagiaan
di wajahnya.

Namun, ketika gendongan berpindah tangan dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki mungil itu,
si ibu terlihat menahan napasnya.

Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit,
tak tega melihat perubahan wajah
si ibu.

Bayi yang digendongnya ternyata dilahirkan tanpa kedua belah telinga!
Meski terlihat sedikit kaget,
si ibu tetap menimang bayinya dengan penuh kasih sayang.

Waktu membuktikan,
bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna.

Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk.

Suatu hari, anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan si ibu sambil menangis.

Ibu itu pun ikut berurai air mata.
Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi.

Sambil terisak,
anak itu bercerita,
"Seorang anak laki-laki besar mengejekku.
Katanya, aku ini makhluk aneh."

Begitulah, meski tumbuh dengan kekurangan,
anak lelaki itu kini telah dewasa.

Dengan kasih sayang dan dorongan semangat orangtuanya,
meski punya kekurangan,
ia tumbuh sebagai pemuda tampan yang cerdas.

Rupanya, ia pun pandai bergaul sehingga disukai teman-teman sekolahnya.
Ia pun mengembangkan bakat
di bidang musik dan menulis.

Akhirnya, ia tumbuh menjadi remaja pria yang disegani karena kepandaiannya bermusik.

Suatu hari, ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga.

"Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuk putra Bapak.
Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya,"
kata dokter.

Maka, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya kepada anak mereka.

Beberapa bulan sudah berlalu.
Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelaki itu,
"Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu.
Kami harus segera mengirimmu
ke rumah sakit untuk dilakukan operasi.
Namun, semua ini sangatlah rahasia," kata si ayah.

Operasi berjalan dengan sukses.
Ia pun seperti terlahir kembali.
Wajahnya yang tampan,
ditambah kini ia sudah punya daun telinga,
membuat ia semakin terlihat menawan.

Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan.
Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya.

Beberapa waktu kemudian,
ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat.

Ia lantas menemui ayahnya,
"Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku.
Ia telah berbuat sesuatu yang besar,
namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya."

Ayahnya menjawab,
"Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu."

Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan,
"Sesuai dengan perjanjian,
belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini."

Tahun berganti tahun.
Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia.

Hingga suatu hari,
tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga tersebut.

Pada hari itu,
ayah dan anak lelaki itu berdiri
di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal.

Dengan perlahan dan lembut,
si ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku.
Sang ayah lantas menyibaknya sehingga sesuatu yang mengejutkan si anak lelaki terjadi.

Ternyata, si ibu tidak memiliki telinga.
"Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik si ayah.

"Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya, ‘kan? "

Melihat kenyataan bahwa telinga ibunya yang diberikan pada si anak, meledaklah tangisnya.

Ia merasakan bahwa cinta sejati ibunya yang telah membuat ia bisa seperti saat ini.

Pesan Cerita :
Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh,
namun ada di dalam hati.

Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat,
namun justru pada apa yang kadang tidak dapat terlihat.

Begitu juga dengan cinta seorang ibu pada anaknya.
Di sana selalu ada inti sebuah cinta yang sejati,
di mana terdapat keikhlasan dan ketulusan yang tak mengharap balasan apa pun.

Dalam cerita di atas,
cinta dan pengorbanan seorang ibu adalah wujud sebuah cinta sejati yang tak bisa dinilai dan tergantikan.
Cinta sang ibu telah membawa kebahagiaan bagi sang anak.
Inilah makna sesungguhnya dari sebuah cinta yang murni.

Karena itu, sebagai seorang anak,
jangan pernah melupakan jasa seorang ibu.

Sebab, apa pun yang telah kita lakukan,
pastilah tak akan sebanding dengan cinta dan ketulusannya membesarkan, mendidik dan merawat kita hingga menjadi seperti sekarang.

Mari, jadikan ibu kita sebagai suri teladan untuk terus berbagi kebaikan.
Jadikan beliau sebagai panutan yang harus selalu diberikan penghormatan.

Sebab, dengan memperhatikan dan memberikan kasih sayang kembali kepada ibu,
kita akan menemukan cinta penuh ketulusan dan keikhlasan,
yang akan membimbing kita menemukan kebahagiaan sejati dalam kehidupan.

<awesome> ❤️

Sunday, March 27, 2016

Kisah adik kakak yg mengharukan

Kisah kakak dan adik yg mengharukan..

Aku terlahir di dusun pegunungan yang jauh dari Kota. Hawa di sini begitu dingin, jika hari berganti malam rasa dingin itu seperti menusuk tulang kecilku. Aku memiliki seorang Adik laki–laki yang berumur lebih muda 3 tahun dariku. Sepeninggal orangtua kami, kami ikut dengan Paman dan Bibi yang bertahun–tahun tidak memiliki buah hati. Paman bekerja di kebun teh milik juragan Herman dan Bibi hanya pembantu rumahan. Gaji mereka tidak seberapa, yang terpenting kebutuhan keluarga dapat tercukupi. Aku terdidik oleh Paman dengan cara yang keras. Jika kami bermalas–malasan, Paman tak segan untuk memukuli kami. Walaupun begitu, aku tahu Paman menginginkan kami menjadi orang yang sukses kelak.

Siang itu, cuaca tidak mendukung. Hujan deras disertai petir tak berhenti. Aku duduk terpaku di teras rumah. Beberapa anak kecil sebaya denganku memakai jaket melewati rumahku dengan payung di atasnya. Terbersit keinginan untuk memiliki jaket seperti yang dikenakan anak tersebut. Aku mencuri uang 75.000 rupiah milik Paman, dan berniat setelah hujan terang aku akan membelinya di pasar.
“Itu apa kak?” Tanya Adikku setelah aku sampai di rumah menenteng tas plastik pembumgkus jaket yang ku beli.
“Husst diam, ini namanya jaket. Lihat deh…” aku membuka tas plastik dan memakai jaket itu.

“Dari mana Kakak dapat uang untuk membeli jaket sebagus itu?” Tanya Adikku penasaran.
“Bagas, Kakak mencuri uang Paman.” Jawabku terus terang sambil memandangi cermin untuk berkaca.
“Apa? Paman kan galak, nanti Kakak dimarahin.” Adikku terduduk lesu sambil memandangiku yang masih mengenakan jaket.
“Tapikan Kakak pengen jaket ini, kalau kamu tidak bilang Paman semuanya akan baik–baik saja!” Jawabku setengah membentak.
“Baiklah kak, aku akan tutup mulut.” Ujar Adikku sembari menuntup menutup mulutnya pakai tangan.

Hari berubah menjadi Pagi. Paman memanggil aku dan Adikku menghadapnya di ruang tengah. Paman menyuruh kami berlutut menghadap tembok, dengan membawa ikat pinggang di tangannya.
“Siapa yang mencuri uangku? Dera! Bagas! Jawab pertanyaan Paman!” Bentak Pamanku, membuat aku dan Adikku menangis tersedu. Tidak ada jawaban di antara kami, aku terlalu takut untuk menjawab jujur.
“Baiklah kalau kalian tidak mau mengakui, kalian layak dipukul..” Paman mengangkat ikat pinggang itu, namun dicegah Adikku.

“Jangan pukuli kak Dera Paman! Aku mencuri uang itu untuk membelikan kak Dera jaket..” Aku terbelalak memandangi Adikku. Aku menggelengkan kepala tak percaya dia melindungiku.
“Kurang ajar! Apa kamu mau kita kelaparan demi sebuah jaket itu!” Ikat pinggang itu menghantam punggung kecilnya bertubi–tubi. Paman sangat marah hingga ia mencambuki Adikku hampir 10 menit lamanya.

Aku berlutut di hadapan Paman hendak mencium kakinya. “Cukup Paman, jangan lakukan lagi! Bagas masih kecil, tak pantas merasakan sakit ini…” Pintaku meraung raung, aku melihat Adikku, Adikku tetap tegar. Bahkan, aku tak menemukan setetes air mata membasahi pipinya.
“Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, besok kalau udah besar mau jadi apa kamu? Pencopet hah? Paman mendidik kamu untuk menjadi penjabat bukan penjahat!”

Malamnya, aku dan Bibi memeluk Adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan goresan bekas cambukan, namun ia tidak bersedih. Aku tak hentinya menangis menatapnya dengan pilu, sungguh pengorbanan yang luar biasa. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya. “Kakak jangan menangis, semua sudah terjadi.” sudut–sudut bibirnya menyungging membentuk sebuah senyuman yang indah. Aku membenci diriku sendiri karena tidak berani mengakui bahwa aku yang salah bukan Bagas. Bertahun–tahun telah berlalu, namun insiden itu masih aku ingat ketika Adikku melindungi aku. Saat itu aku berumur 11 tahun dan Adikku berumur 8 tahun.

Adikku telah lulus di jenjang SMP dan akan meneruskan SMA di Desa sebelah. Pada saat yang sama aku diterima di Perguruan Tinggi Negeri di Kota. Paman duduk di teras rumah sambil menghisap rok*knya. Aku mendengar beliau menggerutu dengan Bibiku di sampingnya.
“Kedua keponakan kita, Lulus dengan nilai yang terbaik..” Bibiku mengusap air matanya yang mengalir sambil menghela napas.
“Bagaimana mungkin bu? kita dapat membiayai keduanya sekaligus?” Pamanku mendesah. “Kalau mungkin kita dapat membiayai, hanya salah satu dari mereka saja yang dapat meneruskan. Dera atau Bagas?” tambah Paman.

Saat itu juga, Adikku menghadap Pamanku. “Paman, aku tidak mau melanjutkan sekolah lagi. Sudah cukup aku membaca buku milik kak Dera.”
Paman mengayunkan tangannya dan menampar wajah Adikku. “Mengapa kamu memiliki jiwa yang pecundang? Bahkan jika Paman terpaksa harus mengemis, Paman akan lakukan, untuk menjadikan kalian sukses. Pendidikan itu sangat penting!” Pamanku berlaku sambil menginjak putung rok*knya.
Aku memegang wajah Adikku yang membiru, bekas tamparan Paman. “Kamu harus meneruskan sekolah. Kamu harus jadi Arsitek, itu kan cita–citamu.” Adikku tersenyum memandangiku.

Keesokan harinya, Adikku tak ada di rumah. Ia kabur dengan beberapa pakaian. Aku menemukan secarik kertas di bawah bantalku.
“Kak Dera. Kakak tersayang. Kak, aku anak laki–laki. Aku akan bekerja mencari uang demi Kakak. Kakak harus nerusin ke Universitas itu. Kesempatan tidak datang 2 kali. Jangan cari aku, aku baik–baik saja. Kak.
Adikmu.”
Di kamar ini aku menangis memeluk secarik kertas dari Adikku. Aku begitu menyayanginya, sangat menyayanginya. Dengan uang yang Paman punya, dan kerja keras Adikku mengangkut semen di konstruksi pembangunan suatu gedung. Akhirnya aku telah mencapai semester ketujuh. Yang sebentar lagi aku akan diwisuda.

Suatu hari, aku tiduran di kostanku. Meemandangi foto aku dan Adikku saat kami masih kecil. Tiba–tiba, Reina teman kostanku memanggilku karena ada seseorang mencariku. Aku berjalan ke luar, memandangi punggung seseorang yang mencariku. Pakaiannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Dia membalik, aku terperangah karena orang tersebut adalah Adikku, Bagas.
“Bagas?” Aku berlari menangis memeluknya.
“Iya Kak?” Tangisanku tersedu mendengar suaranya. Yang lama tak terdengar di telinga ini.
“Kenapa kamu tidak bilang pada temanku kalau kamu adalah Adikku?” Tanyaku menggerutu. Dia tersenyum.
“Lihatlah penampilan aku, apa Kakak nggak malu jika mereka mengejek kalau aku adalah Adikmu?” Aku terenyuh, ku usap pakaian Adikku yang kotor itu.
“Kamu adalah Adikku, aku nggak mau menjadi Kakak yang durhaka. Biarlah mereka berkata apa, kau tetap Adikku, Bagas…” jawabku mengusap air mata yang menetes.

Adikku mengeluarkan sebuah tas plastik dari ranselnya. Memberikanku tas tersebut.
“Apa ini?” tanyaku penasaran.
“Baju, yang nggak mahal tapi cocok untuk Kakak kenakan untuk kuliah.”
“Makasih Bagas.” Setelah itu ia pamit untuk pulang ke rumah. Ku lihat punggungnya dari kejauhan. Aku berlari mengejar Adikku. Menariknya, dan menangis di pelukannya.

Setelah aku di wisuda, aku dilamar seorang pria yang mapan. Umurnya 2 tahun lebih tua dariku. Hari ini, kali pertamanya aku mengajaknya ke rumah. Kaca jendela yang terlah pecah diganti dengan yang baru, semua perkakas ditata dengan rapi. Setelah calonku pulang, aku menanyakan pada Bibi.
“Bibi, bibi nggak perlu repot-repot membersihkan rumah. Biarkan Dera yang membersihkan.”
“Dera, Adikmulah yang mebereskan rumah ini. Dia mengambil cuti karena ingin seharian merenovasi rumah ini.” jelasnya membuatku gugup. “Tangannya terluka ketika mengganti jendela.” tambah bibiku lagi.

Aku masuk ke kamar Adikku. Tubuhnya kurus tak terawat. Serasa beratus jarum menusukku. Ku kompres tangan Adikku dengan es batu untuk mengurangi rasa sakitnya.
“Sakitkah?” tanyaku.
“Tidak, Kakak tahu saat aku di kontruksi, kakiku kejatuhan semen dan batu–batu. Rasanya tidak sakit.” Aku menahan air mata untuk tidak menangis.
“Cukuplah kau berkorban demi aku.” aku berlalu meninggalkannya.

Ketika aku menikah, aku tinggal di Kota bersama suamiku. Aku terpaksa meninggalkan Paman, Bibi dan Bagas. Sesekali ku meminta mereka berkunjung ke rumah kami untuk melepas rindu. Suamiku bekerja menjadi direktur di pabriknya, Dia meminta Adikku menjadi manager, namun Adikku menolak karena ia tidak bisa melakukan apa–apa, karena ia memang tidak berpendidikan. Aku terus memaksa namun ia tetap menolak dengan berbagai alasan. Suatu hari, ada kecelakaan kerja di lokasi konstruksi dimana Adikku bekerja. Yang salah satu korbannya adalah Adikku sendiri. Aku melihat gips putih membungkus kaki Adikku.

“Seharusnya kamu menerima tawaran suamiku, menjadi manager tidaklah melakukan hal yang berat? Kalau saja kamu menerima, kamu nggak akan seperti ini.” gerutuku.
“Kakak iparku baru saja menjadi direktur, kalau saja aku menjadi manager yang hampir tidak berpendidikan, gosip apa yang akan terdengar di penjuru pabrik?” Dengan tampang yang serius, Adikku tetap membela.
“Kamu tidak berpendidikan karena aku!” bentakku, suamiku yang berada di sampingku menenangkan aku.
“Jangan ungkit masa lalu, aku melakukannya dengan ikhlas tanpa pamrih.” Aku menangis, mata suamiku berkaca–kaca.

Ketika Adikku berumur 30, ia menikah dengan gadis desa. Saat itu aku sudah memiliki seorang buah hati yang lucu, Keyna. Acara pernikahan Adikku tidak semeriah pernikahanku, namun dia terlihat bahagia menyalami penduduk dusun. Pembawa acara menanyakan kepada Adikku.
“Siapa orang paling terpenting di hidupmu?” tanya pembawa acara.
“Kakakku, kak Dera..” Jawab Adikku singkat. Ia menceritakan kisah waktu aku kita masih duduk di bangku SD dimana kisahnya sudah aku lupakan.
“Waktu itu, saat hujan turun aku lupa membawa mantel. Padahal jarak rumah kami sangat jauh dari rumah kami. Kakakku dengan senang hati memberikan mantelnya. Aku nggak bisa berbuat apa. Setelah pulang ke rumah. Tubuh Kakakku basah kuyup. Badannya demam tinggi hingga berhari–hari. Setelah kejadian itu, aku berjanji dalam hidupku untuk selalu menjaga Kakak..”

Tepuk tangan tamu membanjiri ruangan itu, aku menangis tersedu memandangi Adikku.
“Dan yang paling berharga adalah Adikku, dia rela berkorban demi aku. Sesungguhnya ketika aku mencuri uang Paman, Adikkulah yang mengaku bahwa dia yang mencuri. Pamanku mengajarinya untuk menjadi penjabat bukan penjahat. Paman mencambuk punggung Adikku agar tidak mengulanginya lagi. Hingga punggung Adikku penuh dengan luka. Aku sangat menyayangimu, Adikku…” seketika itu aku berlari memeluk Adikku..........

Saturday, March 26, 2016

kehidupan: I wish

kehidupan: I wish: I wish.... Ini adalah sebuah kisah yang dialami oleh seorang perawat. Perawat ini sudah bekerja bertahun-tahun di perawatan paliatif (peraw...

I wish

I wish....

Ini adalah sebuah kisah yang dialami oleh seorang perawat. Perawat ini sudah bekerja bertahun-tahun di perawatan paliatif (perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi).

Seperti yang dilansir oleh web... banyak sekali pengalaman yang dialami oleh perawat ini. Salah satunya adalah berhadapan dengan pasien-pasien yang sudah bersiap menjemput ajal.

Perawat ini pun pernah menanyakan apa saja yang disesali oleh para pasien yang rupanya sudah berada di ujung hayat mereka. Dan ini dia lima jawaban paling umum yang diberikan oleh pasien-pasiennya sebelum akhirnya ajal datang menjemput.

1. I wish I’d had the courage to live a life true to myself, not the life others expected of me.

Ini adalah rasa penyesalan paling umum yang dirasakan oleh para pasien. Saat tahu bahwa ajal akan datang menjemput, kebanyakan manusia akan menyesal kenapa dulu tidak melakukan hal-hal disukai, tidak mewujudkan impian-impian besar yang dimiliki. Ketika sudah jatuh sakit dan tahu bahwa ajal akan segera datang, rasa sesal kenapa dulu tidak berani untuk memperjuangkan hal yang diinginkan seringkali menghantui.
2. I wish I didn’t work so hard.

Penyesalan ini datang dari setiap pasien pria yang ditemui perawat tersebut. Banyak orang yang merasa bahwa merasa sangat menyesal karena terlalu gila kerja sampai lupa akan pentingnya mengasuh anak, mengontrol tumbuh kembang anak, dan juga menghabiskan waktu dengan keluarga.
3. I wish I’d had the courage to express my feelings.

Banyak orang yang memendam dan menyembunyikan perasan agar tidak berkonflik dengan orang lain. Akibatnya mereka jadi merasa tidak bisa menjadi diri sendiri. Apalagi banyak sekali penyakit yang diakibatkan oleh eksrepsi atau emosi yang terus dipendam dan disembunyikan selama bertahun-tahun. Ada saatnya kita untuk jujur pada orang lain dan juga pada diri sendiri dalam mengungkapkan apa yang sebenarnya kita rasakan.
4. I wish I had stayed in touch with my friends.

Banyak orang yang merindukan sahabat-sahabatnya saat berada di ambang kematian. Rasa rindu akan kasih sayang dan cinta dari orang-orang terdekat bisa semakin menyiksa orang yang tahu bahwa dirinya tak akan bertahan hidup lama di dunia. Rasa sesal karena dulu tidak menjaga ikatan persahabatan dengan baik ini dirasakan oleh banyak sekali pasien.
5. I wish that I had let myself be happier.

Pernyataan ini termasuk yang paling mengejutkan. Rupanya banyak orang yang baru menyadari hal ini ketika mereka sudah tak berdaya dan menanti ajal menjemput. Terjebak dalam rutinitas dan hidup yang itu-itu saja telah membuat banyak orang tidak bisa merasa bahagia dan pada akhirnya menciptakan rasa sesal.
Hidup ini sebenarnya adalah pilihan. Setiap orang punya hidupnya sendiri-sendiri. Jadi kita perlu memilih secara sadar, jujur dan bijak. Yang terpenting pilihlah KEBAHAGIAAN dalam kehidupanmu. Penyesalan selalu datang di akhir, kalau di awal itu namanya pendaftaran! Hehehe…demikian salah satu joke yang pernah saya dengar.

Tuesday, March 22, 2016

Sesuatu yg berharga

Seorang pemuda membawa ayahnya yang telah tua dan agak pikun ke sebuah restoran terbaik di kotanya. Ketika makan, tangan sang ayah gemetar sehingga banyak makanan tumpah dan tercecer mengotori meja, lantai, dan bajunya sendiri. Beberapa pengunjung restoran, melirik situasi tersebut.

Namun pemuda itu terlihat begitu tenang. Ia membantu dengan sabar dan menanti sang ayah selesai makan. Setelah selesai, ia membawa sang ayah ke kamar mandi, untuk dibersihkan tubuh dan pakaiannya dari kotoran. Setelah itu, ia mendudukkan ayahnya kembali di kursi, dan dengan tenang ia pun membersihkan makanan yang tercecer di sekitar meja tempat ayahnya makan, Kemudian, ia membayar tagihan makan malam pada kasir restoran itu, menghampiri ayahnya, dan menuntunnya keluar.

Pemilik restoran yang sedari tadi mencermati perilaku pelanggannya ini, bergegas keluar menyusul si pemuda yang sedang menuntun ayahnya itu. Setelah berhasil menyusul, ia berkata, “Terima kasih, Anda telah meninggalkan sesuatu yang berharga di restoranku.”

Pemuda itu balik bertanya, “Memangnya barang berharga apa yang aku tinggalkan…?”

Sambil menepuk pundak si pemuda, pemilik restoran berkata, “Engkau telah meninggalkan pembelajaran yang mahal pada kami semua, tentang luhurnya nilai berbakti kepada orang tua.”

“Bakti” bagi setiap orang terhadap orangtuanya, tentu tidak sama satu sama lain, karena situasi yang berbeda-beda. Tapi yang pasti: bakti adalah hal yang tidak bisa kita abaikan. Seburuk apa pun rupa maupun kondisi orangtua kita, mereka tetap layak dan harus dihormati.


Sedih dan mengharukan

Hingga nafas ini habis...

“Kita pernah coba hempas, kita pernah coba lawan, kita pernah coba melupakan rasa yang menghadang. Kau bilang perbedaan ini bagaikan jurang pemisah maka biarkan aku menyeberang dan coba berjuang. Tetaplah di sini, jangan pernah pergi meski hidup berat kau memilikiku. Ketika kau sakit ketika hatimu terlukaku kan menjagamu hingga napas ini habis.”

Lagu dari Fiersa Besari ini berhasil menjatuhkan air mata Freya yang saat itu baru berpisah dengan kekasihnya.

Lagu ini adalah lagu favorit Freya sebelum tidur. Lagu ini pula yang menjadi lagu favorit Andre saat masih berpacaran dengan Freya. 2 tahun sudah Andre dan Freya berpacaran. Namun hari ini Freya harus melepaskan dia pergi. Andre adalah lelaki sempurna baginya. Dia baik, perhatian dan sudah pasti menyayanginya. Freya tak menduga bahwa pertemuan mereka di taman itu akan jadi pertemuan terakhirnya dengan Andre.

Air mata Freya kini mengalir deras saat dia melihat boneka doraemon yang diberikan Andre pada anniversarry mereka yang kesatu tahun. Gadis berusia 17 tahun ini baru pertama kali pacaran dan baru pertama kali patah hati. Andre adalah cinta pertamanya saat ia baru masuk SMK. Mereka tinggal di jurusan dan kelas yang sama selama 3 tahun berturut-turut. Satu kata yang tak bisa Freya lupakan dari Andre adalah, “Aku bakalan jaga hubungan kita sampai kita tua nanti Frey. Aku janji.” Andre adalah lelaki pertama yang bisa menyentuh hatinya.

“Frey, kamu kenapa?” tanya seorang laki-laki yang sedang menemaninya di kantin itu.
“Aku nggak apa-apa Ndre,”
“Kok muka kamu pucet. Mata kamu juga sembab. Kamu sakit? Atau abis nangis?”
“Aku nggak apa-apa kok sayang,” Freya tersenyum sambil memegangi tangan Andra.
“Frey kamu sayang nggak sama aku?” entah mengapa pertanyaan Andra itu justru membuatnya bingung.

“Andra suka sama kamu Frey.”
“Apa? Andra suka sama aku? Tapi Ndra aku..” ucapan Freya terpotong.
“Aku tahu, ini juga berat buat aku. Demi Tuhan aku sayang sama kamu Frey tapi Andra itu saudara kembar aku dan aku gak bisa nyakitin dia,” Andre menatap Freya dengan serius.
“Ndre..” air mata Freya kini tak tertahan lagi.

“Aku tahu, aku adalah adiknya Andra dan harusnya dia yang mengalah. Tapi Frey, Andra itu selalu berkorban buat aku dari aku kecil. Aku mohon sama kamu, demi hubungan kita kamu mau kan terima Andra?” Freya hanya bisa menangis saat mendengar perkataan dari Andre. Hatinya sakit seakan ditusuk duri.
“Frey, aku nggak ada pilihan lain. Semenjak kematian gita 3 tahun lalu, Andra gak pernah seceria ini Frey. Aku gak bisa ngancurin hati dia kalau dia tahu kamu itu pacar aku,” kini air mata Andre ikut menetes di pipinya, “Please Frey, lakuin ini demi aku. Aku gak punya pilihan lain selain ini aku mohon.”

Freya menatap Andre dengan penuh harap agar Andre tidak meminta Freya untuk mencintai kakak kembarnya.
“Iya Ndre. Aku akan coba mencintai Andra seperti aku mencintai kamu,” akhirnya Freya mengabulkan keinginan Andre walau itu harus mengorbankan hati dan perasaan dia sendiri.
“Makasih banyak ya Frey, makasih,” Andre mengusap air mata Freya dan memeluknya erat. Jujur saja Andre tidak bisa merelakan Freya. Namun demi kebahagiaan kakaknya, Andre harus rela melepas wanita yang dia anggap cantik setelah almarhumah ibunya.

“Frey? Kok nangis?” Andra menyentuh pipi Freya yang kini berlinang air mata. Seketika itu Freya sadar dari lamunannya dan langsung menghapus air matanya.
“Aku nggak apa-apa kok,” Freya memperlihatkan senyum kepada Andra untuk menenangkan hati Andra.
“Kamu belum jawab pertanyaan aku loh Frey,” ucap Andra pelan.
“Iya Ndra aku sayang sama kamu kok,”
“Aku sayang kamu Frey. Jangan tinggalin aku yah cantik.” Andra mengelus rambut panjang Freya dengan lembut. Freya hanya tersenyum getir.

Andra dan Andre terpisah sejak mereka kecil. Andre tinggal di bandung bersama papanya sedangkan Andra tinggal di surabaya bersama almarhum mamanya. Setelah sang mama meninggal, barulah Andra pindah ke bandung dan kini satu rumah dengan Andre. Orangtua mereka sudah bercerai sekitar 13 tahun lalu dan mereka tidak pernah mempunyai ibu atau ayah tiri.

Dengan panik Freya berlari menuju lapangan basket. Entah apa yang ia cari saat itu yang pasti Freya tak akan menemukannya. “Dav, Andre ke mana sih? Udah 3 hari ini nggak sekolah?” tanya Freya pada David sahabat dekat sekaligus teman sebangku Andre. “Lo emang gak tahu Frey? Andre kan pindah ke surabaya. Katanya dia mau nemenin neneknya,” ujar David sambil memainkan bola basketnya.
“Apa? Andre pindah ke surabaya? Kok dia nggak ngabarin gue sih Dav?”
“Ya iyalah Frey jelas dia nggak kasih kabar ke lo. Andre gak mau lo nyari dia lagi Frey. Dia pengen lo belajar mencintai Andra yang sekarang udah jadi pacar lo.” David berbicara agak sedikit pelan karena takut ada orang yang mendengar atau Andra yang kebetulan lewat lapangan basket itu.

Freya berlari meninggalkan lapangan basket itu dan menuju ke kelas. Air mata itu pun jatuh lagi di pipi Freya yang pucat itu. “Udah Frey lupain Andre ya,” Dita mencoba untuk menenangkan sahabatnya dengan membawakannya mocachino kesukaan Freya. “Gue sayang banget sama dia Dit,”
“Iya Frey gue paham. Bukan cuma lo kok yang sakit, Andre juga sakit Frey Andre juga rasain apa yang saat ini lo rasain,”

“Udah ya Frey jangan nangis aja. Nanti lo sakit kalau nangis terus.” Dita mencoba menahan titik air mata yang hampir menetes di pipinya itu. Hujan mengguyur kota bandung dan sekitarnya pada malam itu. Freya berjalan tak tahu arah akan ke mana. Air mata yang deras mulai membasahi pipi Freya. Ia tak peduli seberapa deras hujan malam itu. Yang ia tahu, rasa rindunya terhadap Andre lebih deras dari hujan itu.

“Frey… Freya ayo pulang Frey,” Dita berlari ke arah gadis berkulit putih itu sambil membawa sebuah payung.
“Gue nggak mau pulang Dit,” Freya mulai menjatuhkan badannya ke aspal dan menangis sejadi jadinya.
“Frey, Andra ada di depan rumah lo,” ujar dita sambil berjongkok dan memayungi sahabatnya yang kini mulai menggigil karena kedinginan.
“Dit..” Freya memeluk Dita sambil terus meneteskan air matanya.
“Ya udah, lo balik ya. Gue nggak mau lo sakit.” Freya menganggukkan kepalanya dan berdiri. Dita lalu menuntun Freya berjalan ke rumahnya.

“Ndre, makan yuk?” ucap seorang wanita yang terlihat sudah berumur itu.
“Andre belum laper Nek. Nenek aja duluan yah,” Andre tersenyum ramah sambil memegangi tangan neneknya.
“Kamu sudah 3 hari nggak makan loh. Masa sih kamu nggak lapar?”
“Nanti aja Nek. Andre mau istirahat aja, ngantuk.” Andre berjalan pelan menuju kamarnya. Hanya satu yang terlintas di pikirannya yaitu Freya. Wanita yang sudah menjadi milik kakaknya itu kini terbayang dalam ingatan Andre. “Maafin aku Frey, aku nggak ada maksud nyakitin kamu. Tapi ini demi hubungan kita.”

“Frey, happy monthsarry yang ketiga ya sayang,” Andra memberikan sebuah mawar putih untuk Freya.
“Makasih ya dra,” Freya tersenyum sambil mencium mawar itu.
“Kita makan yuk?”
“Emm.. Ayo deh,” Freya dan Andra lalu pergi ke sebuah restoran yang lumayan bagus.
“Kita ke sini?” tanya Freya heran.
“Ya sayang. Kamu suka nggak tempatnya?”
“Kita di mana sih Ndre? Kok mata aku ditutup gini?”
“Kamu buka penutup matanya.”

Andre tersenyum sambil membantu membuka penutup mata Freya.
“Surprise!!” Andre nampak bahagia bisa mengajak Freya ke tempat itu.
“Ndre ini bagus banget,” Freya terlihat takjub melihat sebuah restoran mewah yang sudah Andre rancang tempatnya itu. “Aku nabungin uang jajan aku selama 3 minggu buat nyiapin ini. Dan aku puas saat lihat kamu bahagia hari ini. Happy anniversarry 1 years ya sayang.” Andre memberikan boneka doraemon kepada Freya. “Makasih ya sayang. Aku bahagia banget.” Freya memegangi tangan Andre dengan lembut.

“Frey? Kok nangis?” ucapan Andra barusan sepertinya mengagetkan Freya yang sedang melamun.
“Aku nggak apa-apa kok Ndre eng, Ndra,” untunglah Andra tidak mendengarkan kesalahan dalam ucapan Freya tadi.
“Ya udah kita makan yuk?” Andra menggenggam tangan Freya dan mengajaknya makan malam berdua.
“Besok aku berangkat ke surabaya,” ujar Andra sambil mengemudikan mobilnya.
“Ngapain?” tanya Freya.
“Nengok Andre. Katanya dia sakit,” seketika jantung Freya berdetak lebih kencang dari biasanya.
“Apa? Andre sakit? Sakit apa Ndra? Andre kenapa?” kini kekhawatiran pun terlihat dari wajah Freya.
“Andre kena typus Frey. Kok kamu sepanik itu sih denger Andre sakit?” Andra sedikit heran dengan tingkah Freya yang aneh itu. “Eng..Engga kok. Andre itu sahabat aku.” Freya mencoba mencairkan suasana kembali.

Keesokan paginya Andra berangkat ke surabaya dengan mobilnya. Namun naas, kabar duka menghampiri Freya kala itu. Mobil Andra mengalami kecelakaan hebat hingga menyebabkan Andra kehilangan penglihatannya. 3 hari kemudian, Andra mendapat donor mata dan akhirnya bisa melihat lagi.
“Pa, siapa yang donorin mata untuk aku?” Tanya Andra pada ayahnya yang setia menunggunya di rumah sakit.
“Yang mendonorkan mata itu adalah Andre Adikmu nak,” kini ayah Andra menangis deras.
“Andre? Andre sekarang di mana Pa? Aku harus ketemu dengan Andre,” Andra berusaha bangkit dari ranjang rumah sakit itu. “Andre sudah tiada. Sebenarnya saat kamu kecelakaan, dia juga mengalami kecelakaan saat akan berangkat sekolah.”

Freya yang mendengar jelas perkataan Ayah Andra langsung menangis. Air matanya tak mampu dibendung lagi. Tubuhnya lemas. Seluruh badannya bergetar. Hatinya hancur seperti kehilangan semangat. Freya tak menyangka bahwa dia bukan hanya kehilangan kenangan bersama Andre. Namun kini ia sudah kehilangan separuh diri Andre.
“Frey, ini buat lo,” David memberikan surat untuk Freya.
“Ini apa?” tanyanya.
“Itu dari Andre Frey. Dia ngasih ke gue pas lagi dirawat di sini pas mau operasi. Frey sebenernya alasan Andre ninggalin lo bukan cuma karena Andra. Tapi Andre sakit Frey, dia terkena gagal ginjal dan dia gak mau bikin lo susah.” Freya menangis saat mendengar pernyataan David itu. 3 hari setelah itu, Freya mulai tenang dan sudah berani membuka surat dari Andre.

“Demi Tuhan aku tidak pernah menemukan wanita sekuat kamu. Aku tidak pernah menemukan wanita setegar dan sesabar kamu. Aku mencintaimu lebih dari kamu mencintaiku. Aku akan tepati janjiku aku akan menjagamu hingga napas ini habis. Bahkan saat napasku telah habis aku ingin terus menjagamu. Tolong, biarkan aku tetap menyayangimu, memelukmu, dan mencintaimu melalui mataku.”

“Berjanjilah untuk tidak meneteskan air mata kesedihan saat nanti mataku melihat wajahmu. Frey, andai aku bisa memilih aku lebih baik mati daripada melukaimu. Tapi kini aku melakukan keduanya dan aku mohon maafkan aku. Jika aku sudah pergi, berjanjilah untuk tidak menyakitinya karena air matanya adalah air mataku juga. Satu hal yang selalu kau ingat. Biarkan kisah kita tetap menjadi rahasia. Biarkanlah kamu dan mataku yang mengetahuinya. Freya aku mencintaimu hingga napas ini habis. Andre Aditya Reynaldi.”