Sunday, February 12, 2017

Supir taxi

Bagus banget ceritanya...

Suatu hari saya menumpang taxi konvensional menuju ke rumah. Kebetulan jalanan sedang macet. Semua mobil berlomba-lomba saling mendahului secara tidak beraturan

Tiba-tiba sebuah mobil sport bernomor polisi cantik, menikung dan mengambil jalur yang kami lalui. Bagian depan mobil sport tersebut menyerempet bumper taxi

Supir mobil sport turun dan mulai mendatangi supir taxi. Dengan wajah angkuh, seorang pemuda berpakaian rapi mendatangi supir taxi, lalu berkata : "Dimana mata kamu ???* *Mengapa kamu menyerempet mobilku ??? Ini mahal, tau...???"

Supir taxi keluar dari mobil dan berkata : "Maafkan saya jika sampai mobil mahal milik bapak menjadi lecet. Saya tidak menyerempet, bapak yang memotong lajur jalan mobil yang saya kemudikan..."

Pemuda : "Mengapa kamu tidak menginjak rem ???"

Supir taxi : "Saya sudah berusaha menginjak pedal rem sehingga menimbulkan suara gesekan kuat dengan aspal, namun bapak terlalu condong memotong jalan saya..."

Pemuda : "Itukan cuma alasan kamu saja. Sekarang saya mau bertanya apakah masalah ini kita selesaikan di kantor polisi atau berdamai hingga di sini saja...???"

Supir taxi : "Kalau bisa damai, mengapa harus memperpanjang kasus yang sepele ini...???"

Pemuda : "Oke, baiklah kalau begitu... Saya pergi dulu..."

Supir taxi menganggukkan kepala, melambaikan tangannya sambil berteriak : "Hati-hati di jalan Pak... Semoga Tuhan memberkati dirimu..."

Sedari awal saya terus mengamati peristiwa ini. Saya cukup tertegun sekaligus takjub dengan perilaku supir taxi yang luar biasa SABAR ditengah hujatan fitnah dari pengemudi mobil sport. Belum lagi ditambah dengan himpitan setoran harian yang semakin sulit untuk dicapai

Saya bertanya : "Mengapa Bapak tidak marah dan malah mendoakan keselamatan si pemuda sombong tadi. Bapak tidak salah, yang salah tuh pemuda yang membawa mobil mewahnya secara ugal-ugalan."

Supir taxi : "Gak papa... Jangan membesarkan masalah yang sepele. Jangan pikir saya takut kepadanya. Saya tahu dia hanya menggertak dan ketakutan jika saya menuntutnya untuk mengganti rugi kerusakan taxi ini. Saya tidak mau kehabisan waktu sia-sia untuk mencari nafkah gara-gara meladeni pemuda tadi."

Saya tercekat mendengar penuturan supir taxi, pria berumur paruh baya, yang terdengar begitu bijaksana dan penuh kearifan.

Supir taxi melanjutkan : "Dalam kehidupan ini, banyak sekali orang berjalan menenteng tas sampah, melangkah dengan mendorong gerobak sampah dan yang paling banyak berperan layaknya truk sampah. Mereka berjalan kemana saja dengan membawa setumpuk sampah kehidupan..."

Saya : "Sampah kehidupan ??? Mengapa tidak membuangnya ke tempat sampah ???"

Supir taxi : "Sampah kehidupan itu berupa kegelisahan, amarah, kekecewaan, frustasi, dendam, permusuhan dan sebagainya. Semakin lama sampah itu semakin menumpuk dan mereka membutuhkan tempat untuk membuangnya. Kitalah yang sering menjadi sasaran pembuangan sampah mereka..."

Saya : "Apakah cuma kita satu-satunya tempat pembuangan sampah mereka ... Apakah tidak ada tempat yang lain ???"

Supir taxi : "Tentu saja ada... Mereka cuma malas membuangnya ke tempat yang benar. Dengan mendekatkan diri kepada TUHAN, sebenarnya sampah itu sebagian sudah akan terbuang. Kalau lebih khusyuk lagi berdoa, maka seluruh sampah kehidupan akan terbuang...???"

Saya : "Sesederhana itu saja ???"

Supir taxi : "TUHAN itu maha bijaksana dan bersedia menerima semua keluh kesah kita dan menampung semua sampah kehidupan yang kita kumpulkan. Dia akan memberikan petunjuk yang benar kepada mereka yang memohon dengan tulus...."

Saya terdiam sejenak, berusaha untuk memahami ucapan dan pemikiran bapak yang rambutnya sudah sedikit beruban tersebut.

Supir taxi melanjutkan : "Jika ada seseorang yang hendak membuang sampahnya kepada kita, berupa amarah atau perlakuan buruk, jangan terima apalagi sampai disimpan di dalam hati. Berikan senyum dan lambaikan tangan seraya mendoakan keselamatan mereka. Lanjutkan kehidupan kita. Jangan ambil sampah mereka dan membuangnya kembali kepada orang lain yang kita temui, baik di tempat kerja, di rumah, di dalam perjalanan atau di mana saja..."

Saya merasa bersyukur dapat bertemu dengan supir taxi, yang telah memberikan pelajaran kehidupan yang amat bermanfaat ini

Sobatku yang budiman...

Setiap hari kita disesaki oleh sampah kehidupan yang berasal dari diri sendiri maupun dari orang lain. Jika ingin menjalani hidup yang bahagia, jangan biarkan sampah kehidupan menumpuk dalam batin kita. Selain menimbulkan bau yang tidak sedap, bobot sampah ini akan membuat langkah kita menjadi semakin berat.

Jangan isi hidup ini dengan hal-hal yang tidak berguna. Cintailah orang yang telah memperlakukan kita dengan baik dan doakanlah orang yang telah memperlakukan kita dengan buruk.

Jangan pernah menghakimi orang lain dan menghina kekurangan mereka. Berusahalah menjadi pribadi bijak dan mencoba belajar mengerti orang lain.

Jangan Lupa Bahagia...                            

No comments:

Post a Comment